Keluhan Peternak Sapi Di Boyolali, Harga Jual Tak Naik, Permintaan Menurun

Boyolali yang dikenal sebagai sentra peternakan sapi perah dan sapi potong saat ini juga mulai merasakan imbas penyebaran Covid-19.


Peternak sapi di wilayah Boyolali  mengeluh meski harga jual tidak mengalami kenaikan, namun permintaan di masyarakat justru menurun.

Saat ini harga daging sapi di pasar tradisional masih berkisar Rp 110 ribu perkilonya. Meski begitu daya beli masyarakatnya yang  menurun.

Andi Saputro, peternak sapi potong di kawasan Pilangsari, Ngemplak Boyolali mengaku usahanya mulai ikut terdampak, bahkan angka penjualan menurun hingga 50 persen dibandingkan hari biasanya.

"Sampai 50 persen turunnya dari hari normal. Pembeli pada jarang. Harga sebenarnya normal. Tapi pembelinya yang sepi, lagi ramai Corona," jelasnya, Kamis (23/4). 

Setelah ramai pemberitaan wabah virus Corona tepatnya pada bulan Februari lalu, usahanya mulai merasakan imbasnya. Dalam sehari dia hanya bisa memotong 2-3 ekor saja. Padahal di hari-hari biasa dirinya bisa memotong diatas 5 ekor sapi.

"Jelas ini kerasa banget imbasnya. Penurunan omzet hingga 50 persen," keluhnya.

Selain beternak sapi sendiri, dirinya juga mengandalkan sapi dari peternak lain yang biasa diperoleh di pasar hewan. Dengan kondisi seperti saat ini dirinya juga sudah  kesulitan untuk mencari sapi potong. 

Untuk memenuhi permintaan pedagang daging, dirinya harus mencari di pasar hewan. Dalam kondisi seperti ini hanya ada dua pasar hewan yang masih buka di Sragen sama Pacitan.

Harga sapi potong saat ini memang lebih murah dari biasanya. Namun dalam sehari hanya bisa memotong 2-3 sapi saja.

"Harga (sapi) turun hingga 50 persen, tapi hanya bisa motong 2-3 saja. Itupun kulakane (beli) ya cuma di situ aja yang masih buka, Sragen sama Pacitan," paparnya.

Setiap pagi, Andi membawa sapinya untuk dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ngampel. Setelah dipotong kemudian dibawa ke rumah. Dan para pedagang sudah mengantri untuk membeli daging sapi miliknya.

"Kalau dari saya harganya Rp95 ribu perkilonya," imbuhnya.

Senada dengan Andi, salah satu peternak sapi asal Boyolali, Sarwoto juga mengeluhkan harga sapi yang menurun tajam. Untuk itu dirinya menunggu untuk tidak menjual sapinya terlebih dahulu.

"Harganya turun, permintaan pasar juga menurun sampai 50 persen. Ya ini kita sambil lihat situasinya gimana nanti. Ya sementara kita pending dulu," imbuhnya.

Ditambahkan Sarwoto, untung saja untuk pakan sapi potong miliknya tidak tergantung pakan impor. Beda dengan sapi perah yang memerlukan protein dari berbagai sumber pakan (konsentrat) lain.

"Untuk pakan sapi, kita bisa gunakan ijoan (daun hijau), ketela, bekatul untuk pakan ternak. Untungnya musim hujan, jadi daun hijau (rumput) untuk stok banyak. Paling tinggal beli konsentrat, harganya memang naik, tapi tidak banyak," pungkasnya.