Di tengah hiruk-pikuk modernitas, terdapat sebuah desa di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang masih memelihara warisan spiritual bersejarah.
- Mangkunegara X Jadi Inspektur Upacara HUT ke 279 Kota Solo di Taman Balekambang
- Menyambut Sasi Suro Tahun 2023, Semen Gresik Bersilaturahmi dengan Sedulur Sikep Samin
- Kupas Peran Perempuan dalam Sejarah Lewat Surat-Surat R.A. Kartini
Baca Juga
Desa Gringgingsari, yang terletak di Kecamatan Wonotunggal, menjadi saksi bisu perjalanan seorang wali Allah yang dikenal sebagai Sunan Kajoran.
"Awal mungkin ada yang bilang dari arab, Cirebon. Mungkin semua benar. Dulu di sininamanya desa karang seno," kata juru kunci Makam Sunan Kajoran, Murodi (43), Sabtu (20/4).
Konon, Syekh Abdurrahman Sunan Kajoran datang sekitar 1.400-an Masehi. Sebelum ada Sunan Kajoran, sudah ada pemuka bernama Mbah Wongsogati.
Saat itu ada wabah penyakit yang terkenal dengan istilah pagebluk. Dulu wabah terkenal dengan jika kena sakit pagi, maka sore meninggal dunia.
"Mbah Wongsogati minta tolong untuk menyembuhkan penyakit. Setelah disembuhkan minta pada Allah bisa menjalankan salat dan sunahnya.
Setelah itu Mbah wali di sini berjuang untuk tegaknya Islam," katanya.
Seiring berjalannya waktu, nama Desa Karang Seno berganti dengan Desa Gringgingsari. Untuk menghormati tokoh ulama itu, warga Desa Gringgingsari mengadakan Khaul Syekh Kajoran pada tanggal 9-11 Syawal.
Murodi bercerita bahwa banyak tokoh penting yang berziarah ke makam Sunan Kajoran. Mulai dari imam masjid Nabawi hingga tamu dari Maroko juga Lebanon.
"Kalau Habib Lutfhi sudah pernah datang, sudah tiga atau empat kali. Kadang saat Khaul juga datang. Konon Gus Dur juga pernah datang," ujarnya.
Acara ini diibaratkan sebagai hari raya kedua setelah Idul Fitri, di mana ribuan pengunjung dari berbagai daerah berkumpul untuk mengenang dan merayakan warisan Sunan Kajoran.
Beberapa peninggalan Sunan Kajoran yang masih disimpan yaitu sorban, tongkat, dan pakaian. Lalu juga sumber air yang dikenal sebagai Sendang Depok, dan masjid.
Kepala Desa Gringgingsari, Khoirudin menyebut Kegiatan dalam tradisi ini meliputi pembacaan manakib, doa bersama di kompleks makam, dan pengajian akbar. Perayaan Khaul berlangsung selama tiga hari dan didatangi sekitar 10 ribu pengunjung.
"Mungkin khaul mulai tercatat, sekitar 40-an tahun lalu," ucapnya.
Ia mengatakan khaul Sunan Kajoran jauh lebih ramai sekarang. Sebab, dulu akses menuju makam Sunan Kajoran masih kurang.
- Tanggap Darurat, Pelajar SMABAH Ikuti Simulasi Penanganan Kebakaran
- Intens Berlatih, PMR Spensawa Juara Umum COMPARA
- Lestarikan Bumi, Kemenag Batang Tanam 1.000 Pohon Matoa