- Polisi Patroli Dan Bubarkan Lokasi Balap Liar Di Pedurungan Yang Resahkan Warga
- Curhat Di Medsos, Seorang Wanita Cerita Jadi Korban Begal Organ Intim Di Jalan Sepi Semarang
- Belum Lunas Biaya, Dokumen Mantan PMI Hongkong Asal Banyumas Tertahan Perusahaan
Baca Juga
Pati - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Provinsi Jawa Tengah menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas aksi tawuran antar pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Pati dan pelajar SMK Tunas Harapan yang terjadi di Jalan Raya Pati-Gembong, Desa Muktiharjo, Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, pada Jum'at (09/05).
Wakil Ketua Komnas PA Jawa Tengah, Wahyu Khoiruz Zaman saat di konfirmasi lewat pesan singkat pada Sabtu (10/05). Ia menekankan pentingnya evaluasi sistem pengawasan sekolah dan kolaborasi multisektor untuk mencegah aksi kekerasan antar pelajar.
Sebelumnya, tawuran pelajar pelajar SMK terjadi sekitar pukul 12.15 WIB di Jalan Raya Pati - Gembong tepat depan showroom mobil Mitra Mobilindo Desa Muktiharjo Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.
Aksi tawuran melibatkan dua kelompok pelajar SMK yang saling serang menggunakan balok kayu, bambu dan besi hollow, seorang pelajar berinisial BA (17) mengalami luka parah, terkapar di tengah jalan dan dilarikan ke RSUD Soewondo Pati.
Wahyu panggilan akrabnya, yang juga Akademisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kabupaten Kudus, menekankan tiga poin utama dalam penanganan pasca aksi tawuran, Pertama, pemulihan psikologis dan pendekatan restoratif.
"Korban dan pelaku sama - sama membutuhkan pendampingan psikologis. Proses hukum harus memprioritaskan kepentingan terbaik anak, bukan sekedar hukuman, mengacu pada prinsip perlindungan anak yang holistik," tegas Wahyu.
Kedua, evaluasi pengawasan sekolah, dengan mendorong dan mendesak kedua belah pihak sekolah untuk memperketat pengawasan, terutama saat jam kritis seperti saat usai Sholat Jumat.
"Insiden ini menunjukkan celah dalam sistem pengawasan, sekolah harus bertanggung jawab memastikan siswanya tidak terlibat aksi kekerasan," ujarnya.
Ketiga, Wahyu tekankan peran keluarga dan masyarakat, dengan kolaborasi antara orang tua, guru dan aparat keamanan untuk mendeteksi dini gejala permusuhan antar kelompok pelajar.
"Keluarga harus proaktif memantau interaksi anak di media sosial, yang kerap menjadi pemicu konflik," imbuhnya.
Menurut Wahyu, berdasar pengalaman menangani kasus kekerasan terhadap anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan.
Pertama, program mediasi sekolah, dengan membentuk tim siswa untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.
Ke dua, pelatihan guru, dengan meningkatkan kapasitas guru dalam mengidentifikasi dan menangani perilaku agresif siswa.
Ke tiga, kampanye Anti Kekerasan, dengan menggalakkan kegiatan positif seperti olahraga dan seni sebagai saluran emosi remaja.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Tunas Harapan Pati, Eny Wahyuningsih menegaskan komitmen sekolah untuk meningkatkan pengawasan dan bekerja sama dengan Komnas PA dalam program pencegahan kekerasan.
Sedangkan, Kasatreskrim Polresta Pati AKP Heri Dwi Utomo menyatakan penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap motif dan pelaku utamanya.
Wahyu berpesan bahwa setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan aman.
"Mari jadikan insiden ini sebagai momentum untuk memperkuat sistem perlindungan anak di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Pati," pungkasnya.
- Gubernur Luthfi Wanti-Wanti Pembangunan Tak Boleh Asal Sembarangan
- Seni Tari Geol Tegal Gaya Baru Kembali Pentas Di APEKSI
- Ratusan Juta Rupiah Dianggarkan Khusus Untuk Perbaikan Jalan Karimunjawa