Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kembali menggelar kegiatan The International Participatory Training Human Origins Heritage (HOH) Volume 6.0.
- Kukuhkan 8 Guru Besar, Rektor Undip: Terus Berkarya dan Jaga Integritas
- Dihadiri Sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, Rakernas IKA UNDIP Usung Kolaborasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
- Persami Latih Jiwa Kepemimpinan Pelajar SD Kasepuhan 7
Baca Juga
Kegiatan yang telah kali keenam digelar ini, terselenggara hasil kerja sama antara UKSW, Muséum National d’Histoire Naturelle Paris, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), National Geographic, Alliance Sorbonne University (ASU) dan Ambassade De France In Indonesia.
Dekan Fakultas Interdisiplin Prof. Daniel Daud Kameo, S.E., M.A., Ph.D., menyambut positif kegiatan yang diikuti oleh 28 partisipan dari sembilan negara saat dijumpai dalam rangkaian HOH belum lama ini. Kesembilan negara tersebut yakni Indonesia, Perancis, Nepal, Afrika Selatan, Mexico, Turkmenistan, Jepang, Malaysia dan United States of America (USA).
“Selamat datang di kampus UKSW, saya menerima kehadiran kalian secara resmi. Kegiatan ini diikuti oleh sembilan negara, saya berharap melalui kegiatan ini kalian saling menghargai dan mengerti satu dengan yang lain,” kata Prof. Daniel Daud Kameo, Senin (22/5).
Senada, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kewirausahaan Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M. Kom., turut memberikan dukungan bagi para peserta sesaat sebelum turun ke lapangan.
“Dari seluruh peserta, sebanyak tujuh belas orang adalah mahasiswa UKSW. Saya mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas seperti ini lebih banyak lagi dengan harapan ke depan akan lebih banyak mahasiswa yang terlibat,” Imbuhnya.
Saat ditemui di sela kegiatan, koordinator kegiatan HOH Sih Natalia Sukmi, S.Sos., M.I.Kom., mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan memberi ruang diskursus untuk mahasiswa lintas disiplin dan bahkan lintas negara. Disampaikannya, bahwa peserta didampingi oleh supervisor dari berbagai ahli disiplin ilmu. Selain itu, kegiatan ini membahas sembilan disiplin ilmu antara lain Biologi, Tourism, Development Student dan Archeology.
Harapannya, lanjut dia, setelah mengikuti program ini mahasiswa dapat memahami issue secara langsung. Mereka akan diperhadapkan dengan permasalahan secara nyata di masyarakat tentang warisan dunia.
Selain itu, pada mahasiswa dapat memberikan pemikiran secara ilmiah untuk mengatasi masalah yang ada
Lebih lanjut disampaikan oleh dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM), kegiatan HOH tahun ini kembali digelar secara offline setelah sempat dibuat online akibat pandemi Covid-19. Selain itu dijelaskan Sih Natalia, kali ini peserta diberi kesempatan mengeksplorasi tiga tempat yakni Sangiran, Bumiayu dan Semedo.
“Dari kegiatan ini juga kami ingin mahasiswa dapat belajar dari masyarakat lokal dan belajar secara ilmiah bersama profesor dari Indonesia maupun dari Perancis,” imbuhnya.
Dijelaskan Sih Natalia bahwa rangkaian kegiatan HOH antara lain mengunjungi museum manusia purba, melakukan penelusuran di tempat penemuan fosil manusia purba, penelusuran tempat konservasi geologi dan melakukan interview pada masyarakat lokal. Disamping itu, para peserta melakukan diskusi, presentasi hingga mengikuti seminar.
Selain mengeksplorasi Sangiran seluruh peserta dan supervisor melakukan live in, tinggal bersama masyarakat di Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Para masyarakat tampak gembira menyambut rombongan dengan tarian adat khas Dukuh Tengah.
Sementara itu, Prof. Francois Semah dari Museum National d’Histoire Naturelle Paris mengungkapkan bahwa kegiatan ini menghasilkan penelitian melalui diskusi tentang penemuan di lapangan serta melibatkan banyak bidang ilmu.
“Tujuan dari kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi untuk memberikan keterampilan dan kompetensi,” imbuhnya.
Wallex Rusting salah seorang mahasiswa Magister Sosiologi Agama (MSA) Fakultas Teologi UKSW yang mengikuti kegiatan ini mengungkapkan rasa gembira saat mengikuti kegiatan ini.
“Kegiatan ini dapat menambah wawasan dari perspektif studi yang berbeda. Selain itu, program ini juga dapat memperkuat network dengan individu dari disiplin studi yang lain dan dari negara yang lain dan dapat membuka ruang kerja sama internasional dan studi interdisipliner.” ungkap mahasiswa asal Malaysia ini.
- Sekolah Negeri di Semarang Persiapkan PTM
- Gelar Kelas Penyuluhan, Strategi Badan Bahasa Ajak Masyarakat Perkuat Kemahiran Berbahasa Indonesia
- Akhirnya, Lahir PP Perlindungan Anak Indonesia di Ruang Digital