Langkah Pertama Di Gurun Sinai (2)

Ilustrasi Artificial Intelligence Tentang Keberangkatan Kontingen Indonesia Bertugas Di UNEF Mesir 1978. Istimewa
Ilustrasi Artificial Intelligence Tentang Keberangkatan Kontingen Indonesia Bertugas Di UNEF Mesir 1978. Istimewa

Tulisan ini dimuat sebagai rangkaian tulisan dari naskah lengkap, yang kelak akan diterbitkan menjadi buku.

Gurun Sinai menyambut kami dengan kesunyian yang pekat dan langit biru membentang tanpa batas. Tahun 1978, Pasukan Perdamaian Garuda VIII tiba di Wadi Reina, markas utama yang akan menjadi rumah sementara kami selama menjalankan misi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Unggahan sebelumnya dari tulisan Sudadi saat bertugas di Pasukan Perdamaian Garuda VIII dapat dibaca pada tautan berikut:

Dari Kampus ke Gurun: Misi Damai Anak Bangsa

Hari pertama setelah tiba di markas, pagi itu kami sudah diarahkan menuju lapangan upacara. Angin gurun membawa debu halus yang menyusup ke sela-sela seragam kami yang masih kaku. Di hadapan formasi lengkap pasukan, Komandan Kontingen Kolonel R. Atmanto berdiri tegap dan mengawali sambutan penuh wibawa. Pesannya jelas dan membekas: jaga nama baik bangsa, junjung tinggi disiplin, dan laksanakan tugas dengan netralitas serta profesionalisme.

Usai apel, kami menjalani briefing awal. Para perwira menjelaskan peta operasi, posisi garis demarkasi, dan peran kami dalam menjaga gencatan senjata yang rapuh di wilayah ini. Kami diberi pemahaman tentang risiko, aturan keterlibatan, serta pentingnya menjaga sikap dalam setiap interaksi.

Kemudian, kami menempati barak-barak yang telah disiapkan. Di sanalah kami mulai menata diri, membongkar barang pribadi—foto keluarga, buku doa, bekal perlengkapan pribadi—dan menerima segala keperluan standar dari UNEF: helm biru, peta sektor, serta seragam lapangan tambahan.

Unit teknis kami langsung bekerja memeriksa peralatan: kendaraan, alat komunikasi, senjata, hingga logistik pendukung. Semuanya harus dalam kondisi prima. Kami tahu, kesalahan kecil bisa berakibat fatal di tengah kerasnya medan gurun.

Kami juga mengikuti orientasi medan. Dari peta di ruang taktik hingga survei langsung ke lapangan, kami mengenali rute patroli, pos pengamatan, fasilitas medis, dan jalur evakuasi. Semua ini bukan sekadar rutinitas—ini bagian dari kesiapsiagaan kami menghadapi tugas yang nyata.

Akhirnya, giliran tugas pun mulai dijalankan. Ada yang berjaga di markas, ada yang mulai patroli pertama, dan sebagian ditempatkan di titik-titik strategis di sepanjang garis demarkasi. Hari-hari pertama penuh adaptasi, namun semangat di antara kami begitu terasa. Kami tahu, kami bukan sekadar prajurit.

Kami datang sebagai utusan damai dari negeri yang jauh, melangkah di tengah sunyi Gurun Sinai—membawa harapan, menjawab panggilan dunia dengan penuh tanggung jawab.

*) Sudadi, Staf Khusus DPP LVRI, Veteran Kontingen Perdamaian Garuda VIII 1978