- Menteri Dudy Purwagandhi Terbukalah Menerima Masukan, Jangan Alergi Dengan Pemerhati Dan Penggiat Transportasi!
- Rontoknya Empat Rafale India: Urgensi Strategis Indonesia Dalam Pertahanan Udara
- Ngeri-Ngeri Sedap Di Tengah Gurun: Napas Panjang Di Ladang Ranjau
Baca Juga
Tulisan ini dimuat sebagai rangkaian tulisan dari naskah lengkap, yang kelak akan diterbitkan menjadi buku.
Di balik Perjanjian Camp David yang mengubah peta Timur Tengah, ada peran senyap seorang perwira Indonesia yang tak banyak diketahui dunia. Inilah kisah Mayjen TNI Rais Abin, Komandan UNEF II, yang menjembatani diplomasi antara Mesir dan Israel dalam senyap dan kehormatan.
Ketika dunia menyorot momen bersejarah di Camp David tahun 1978 - saat Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin menjabat tangan di hadapan Presiden Jimmy Carter - nyaris tak ada yang tahu bahwa benih-benih kepercayaan antara dua musuh bebuyutan itu telah tumbuh lebih awal di gurun Sinai.
Tulisan Sudadi tentang UNEF II sebelumnya dapat dibaca pada tautan berikut:
Ngeri-Ngeri Sedap Di Tengah Gurun: Napas Panjang Di Ladang Ranjau
Adalah seorang perwira dari Indonesia, Mayjen TNI Rais Abin, yang memainkan peran senyap namun krusial sebagai Komandan United Nations Emergency Force II (UNEF II). Di bawah mandat PBB, Rais Abin bertugas menjaga dan menstabilkan wilayah yang paling rawan di dunia pascaperang Yom Kippur - Sinai, zona penyangga antara tentara Mesir dan Israel.
Namun, lebih dari sekadar pengamanan militer, Rais Abin mengemban misi diplomasi. Dan dalam perjalanannya, ia menjelma menjadi sosok penentu kepercayaan antara dua negara yang akan duduk di meja perdamaian.
Pendekatan Dua Arah: Dimulai Dari Mesir
Mengawali misinya, Rais Abin tak langsung terbang ke Tel Aviv. Ia terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan pihak Mesir. Ini adalah langkah strategis dan etis—karena Indonesia saat itu tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan secara politik lebih dekat dengan negara-negara Arab.
Dalam pertemuan-pertemuan awal dengan pejabat militer Mesir, Rais Abin menegaskan bahwa kehadiran UNEF II bukan untuk mengintervensi, tetapi mengawal proses pemulihan kepercayaan di lapangan. Ia meyakinkan pihak Mesir bahwa keamanan yang dijaga oleh pasukan PBB adalah ruang netral untuk membuka komunikasi.
Langkah Berani Ke Tel Aviv
Baru setelah mendapatkan penerimaan positif dari pihak Mesir, Rais Abin melanjutkan diplomasi ke Tel Aviv. Ini bukan langkah kecil bagi seorang jenderal dari negara yang tak punya hubungan resmi dengan Israel. Tapi Rais Abin hadir bukan membawa nama Indonesia semata, melainkan mandat dunia.
Pihak Israel, yang awalnya skeptis terhadap kehadiran pasukan non-Barat, justru menunjukkan respek. Dalam catatan pertemuan yang kini menjadi bagian sejarah misi PBB, seorang pejabat senior Israel menyampaikan:
“Mayjen Rais Abin datang bukan membawa tekanan, tetapi membawa rasa percaya. Ini yang kami hargai.”
Memimpin 6.000 Pasukan Dari Berbagai Negara
Sebagai Komandan UNEF II, Rais Abin memimpin lebih dari 6.000 personel dari berbagai negara, termasuk Ghana, Austria, Kanada, Finlandia, dan Indonesia sendiri. Kepemimpinannya yang tenang namun tegas mendapat pengakuan luas. Ia tidak hanya mengatur taktik pengamanan wilayah, tetapi juga menciptakan ruang-ruang dialog informal antara tentara Mesir dan Israel yang sebelumnya saling curiga.
"Saya datang bukan untuk menyuruh diam, tapi agar mereka mau saling mendengar," katanya dalam sebuah wawancara.
Jenderal Yang Tak Mencari Sorotan
Yang paling menarik dari sosok Rais Abin adalah kerendahan hatinya. Ia tidak pernah mengejar publikasi atau ingin disebut dalam barisan tokoh utama Camp David. Tapi para diplomat dan militer yang terlibat tahu: tanpa stabilitas di Sinai, perundingan tak mungkin terjadi.
"Di antara medan tempur dan meja perundingan, Rais Abin hadir sebagai jembatan yang tak terlihat tapi kokoh. Ia menjaga bukan hanya gencatan senjata, tapi juga kehormatan manusia," demikian catatan salah satu perwira Ghana yang bertugas di bawah komandonya.
Warisan Senyap Yang Kekal
Kini, nama Rais Abin lebih sering disebut di kalangan pasukan perdamaian dan komunitas veteran dunia, daripada dalam buku-buku sejarah perdamaian. Tapi warisan senyapnya kekal: ia adalah pionir diplomasi militer Indonesia, yang dengan prinsip netral dan hati-hati ikut merajut perdamaian dunia.
Dan dari Padang Sinai yang tandus, dunia menyaksikan: kadang damai tidak dimenangkan oleh mereka yang paling keras suaranya, tapi oleh mereka yang paling jernih niatnya. (Bersambung)
*) Sudadi, Staf Khusus DPP LVRI, Veteran Kontingen Perdamaian Garuda VIII 1978
- Menteri Dudy Purwagandhi Terbukalah Menerima Masukan, Jangan Alergi Dengan Pemerhati Dan Penggiat Transportasi!
- Kasus Penipuan Dan Penggelapan Senilai Rp720 Juta Berhasil Dibongkar Polres Boyolali
- Polres Boyolali: Pelaku Pencurian Rumah Kosong Dibekuk Di Surakarta