Larangan Libur Nataru dan Upaya Mencegah Gelombang Ketiga

Ilustrasi gelombang ketiga Covid-19. foto: net
Ilustrasi gelombang ketiga Covid-19. foto: net

Pemerintah memutuskan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kebijakan tersebut berlaku mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022. Aturan rinci saat Nataru dituangkan dalam Inmendagri Nomor 62 tahun 2021.


Inmengari 62 juga mengatur mengenai pelaksanaan Perayaan Tahun Baru 2022. Pemerintah memutuskan melarang adanya perayaan tahun baru baik di ruang terbuka maupun tertutup, termasuk pawai dan arak-arakan.

"Melarang adanya pawai dan arak-arakan tahun baru serta pelarangan acara Old and New Year baik terbuka maupun tertutup yang berpotensi menimbulkan kerumunan," demikian kutipan Inmendagri 62/2021.

Pemerintah juga mengimbau agar warga menikmati malam pergantian tahun di rumah saja bersama keluarga.

"Perayaan Tahun Baru 2022 sedapat mungkin tinggal di rumah berkumpul bersama keluarga, menghindari kerumunan dan perjalanan, serta melakukan kegiatan di lingkungan masing- masing yang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan."

Larangan itu menjadi upaya Pemerintah untuk mencegah kemungkinan datangnya gelombang ketiga Covid-19, yang diprediksi bakal terjadi.

Pakar epidemiologi UGM, dr. Riris Andono Ahmad, M.P.H., Ph.D., mengungkapkan, Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang ketiga Covid-19 pada Desember 2021-Januari 2022. Dia menyebutkan bahwa gelombang ketiga Covid-19 adalah sebuah keniscayaan.

“Kemungkinan adanya gelombang Covid-19 berikutnya adalah sebuah keniscayaan. Tinggal pertanyaannya itu kapan terjadi dan seberapa tinggi ini sangat tergantung dengan situasi yang berkembang di masyarakat,” paparnya, dikutip dari ugm.ac.id, Selasa (23/11).

Riris mengatakan munculnya gelombang Covid-19 ketiga atau gelombang-gelombang berikutnya sangat tergantung pada kondisi di masyarakat. Menurutnya, mobilitas interaksi sosial dan kepatuhan dalam implementasi 3 M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker di masyarakat merupakan situasi yang bisa memicu gelombang Covid-19 ketiga nantinya.

Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini menyampaikan bahwa virus Covid-19 masih terus ada dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan. Sementara, pada orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, kekebalan yang didapat pun akan menurun seiring berjalannya waktu.

“Jadi, tidak hanya satu kali gelombang tiga lalu stop, tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global,” terangnya.

Lalu, terkait vaksinasi. Beberapa negara dengan cakupan vaksinasi relatif tinggi seperti Israel, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa saat ini pun tengah berjuang kembali dengan Covid-19 akibat varian Delta.

Riris menjelaskan saat ada varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi membutuhkan cakupan imunitas yang lebih tinggi dalam populasi. Misalnya sebelum adanya varian Delta untuk mendapatkan kekebalan kelompok sekitar 70% populasi harus sudah divaksin. Namun, sejak adanya varian Delta, maka cakupan vaksinasi ditingkatkan menjadi 80%. Kondisi tersebut dengan anggapan bahwa vaksin yang diberikan memiliki efektivitas 100%.

Ia menjelaskan dengan kondisi itu artinya vaksinasi di Indonesia untuk bisa mencapai 80% mensyaratkan sekitar 230 juta penduduk harus divaksin. Dalam pelaksanaannya pun seyogianya dilakukan dalam waktu kurang dari 6 bulan agar bisa terwujud kelompok.

“Ini kan sulit, misalnya sanggup pun kekebalan kelompok hanya bertahan beberapa saat dan akan terus berkurang,” ucapnya.

Oleh sebab itu, Riris meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak lengah. Meskipun saat ini kondisi membaik, tetapi pandemi belum usai. Sebab, risiko penularan masih ada, terlebih saat adanya pelonggaran aktivitas di masyarakat.

“Saat penularan tinggi dilakukan intervensi besar-besaran dengan PPKM. Begitu terkendali aktivitas dilonggarakan karena tidak mungkin terus PPKM karena akan melumpuhkan perekonomian. Namun, pelonggaran ini berisiko penularan akan meningkat lagi,” urainya.

Karenanya Riris kembali mengimbau masyarakat untuk tetap patuh menerapkan protokol kesehatan. Sementara pemerintah diminta untuk memperkuat 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Di Semarang, Walikota Hendrar Prihadi mengimbau warga kota Semarang dan warga luar kota Semarang yang akan masuk ke kota lunpia ini untuk bisa menunda liburannya. Pasalnya, Hendi tidak ingin lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga terjadi, jika masyarakat nekad melakukan aktivitas mudik Nataru.

Saat ini,  Pemkot Semarang juga sedang mencari cara yang tepat untuk menerapkan pengawasan mobilitas warga saat libur Nataru tiba.

"Kemungkinan libur panjang Nataru ditiadakan, atau bisa jadi liburnya dibuat berseling, warga juga saya harap bisa menunda dulu untuk mudik," kata Hendi kepada RMOL Jateng, Kamis (18/11).