Canberra - Penerbangan komersial antara Australia dan Selandia baru dialihkan oleh otoritas penerbangan Australia Dan Selandia Baru disebabkan oleh kehadiran 3 kapal angkatan laut Tiongkok di Laut Tasman yang melakukan latihan perang pada Jumat (21/02) kemarin.
- Indonesia Gelar Operasi Penyelamatan Ratusan Warganya Dari Kejahatan Eksploitasi Manusia Di Myanmar
- Kementerian Luar Negeri Berjuang Memulangkan 525 WNI Korban TPPO Dari Myanmar
- BRICS: Manfaat Dan Kelemahannya Bagi Indonesia
Baca Juga
Media arus utama seperti BBC dan The Guardian menyebut bahwa latihan perang angkatan laut Tiongkok itu mencakup manuver penggunaan peluru hidup, atau live fire-drill.
Hal ini membuat beberapa maskapai menyesuaikan diri dengan pengalihan rute penerbangan. Latihan itu sendiri sempat dilaporkan oleh Maskapai Emirates yang sedang mengudara dari Sydney ke Christchurch di Selandia Baru.
Diketahui bahwa ketiga kapal Angkatan Laut Tiongkok terdiri dari kapal frigat kelas Jiangkai bernama lambung Hengyang, kapal kelas cruise Renhai bernama Zunyi dan kapal logistik kelas Fuchi bernama Weishanhu.
Posisi mereka saat melakukan latihan tembak menembak ini adalah 340 mil laut dari Kota Eden, di selatan negara bagian New South Wales. Sempat diketahui bahwa ketiga kapal perang Tiongkok berada sangat dekat dengan kota Sydney yakni dalam jarak 150 mil laut.
Ketiga kapal itu masuk dalam kelompok Taskgroup 107 dan sudah memberikan informasi baik kepada Pemerintah Australia mau pun Pemerintah Selandia Baru bahwa mereka akan melakukan kegiatan latihan perang di perairan internasional tersebut.
Mengutip dari New Zealand Herald, Menteri Pertahanan Selandia Baru Judith Collins mengatakan bahwa Tiongkok tidak memberitahukan kehadiran kapal-kapal perang tersebut ke kawasannya dan sama sekali tidak berupaya memberitahukan apa yang mereka lakukan di Laut Tasman.
Mitranya dari Kementerian Pertahanan Australia, Richard Marles menjawab dengan lebih diplomatis dengan mengatakan bahwa kehadiran Taskgroup 107 ini “walau tidak pernah terjadi, tetapi bukan suatu kejadian yang tidak biasa.”
Tetapi ia menambahkan bahwa Tiongkok tidak memberitahukan pemerintah Australia secara langsung dan hanya menyiarkan pemberitahuan bahwa kapal perangnya akan melakukan latihan dengan peluru hidup. Siaran Tiongkok itu justru ditangkap oleh maskapai penerbangan komersial yang sedang melintas di atas Laut Tasman. Padahal biasanya pemberitahuan semacam itu dilakukan dalam jangka waktu 12 hingga 24 jam sebelumnya, kata Marles sebagaimana dilaporkan oleh Australian Broadcasting Corporation.
Berkaitan dengan kejadian ini, Australia telah melayangkan pertanyaan kepada Tiongkok, baik kepada attache militer Tiongkok di Canberra atau attache militer Australia di Beijing tentang rencana Tiongkok dengan pelatihan ini dan rencana-rencana sejenis selanjutnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun mengkonfirmasikan bahwa pihaknya memang melakukan pelatihan angkatan laut dan beroperasi di perairan yang jauh.
“Latihan-latihan tersebut dilakukan dengan metoda yang aman, sesuai standar, dan professional setiap waktu sesuai dengan hukum-hukum dan praktek-praktek internasional yang terkait,” ujar Guo Jiakun.
Ketegangan dua negara itu sudah meningkat sejak 2023. Insiden yang mutakhir adalah awal Februari 2025 saat jet tempur Tiongkok meluncurkan lampu pijar di hadapan pesawat militer Australia yang sedang melintas di atas Laut Cina Selatan. Beijing menyebut bahwa pesawat militer Australia itu telah dengan sengaja memasuki kawasan udara Tiongkok.
- Dindagkop UKM Rembang Mulai Lakukan Sosialisasi Pembentukan Koperasi Merah Putih
- MTI Serukan Pentingnya Masterplan Untuk Integrasi Dan Keberlanjutan
- Terpeleset Masuk Sumur, Lansia Di Mrebet Ditemukan Tak Bernyawa