Setiap bulan sekali, Buntris Amperawan (54), rutin melakukan kontrol dokter. Sejak 2018, perempuan kelahiran Tuban, 15 Juli 1969 itu, menjadi peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan.
- Memberantas Stunting Sebelum Genting
- RS Pantiwilasa dr Cipto Salurkan CSR untuk Selpi Program, Andi Ashar: Efek Domino yang Sangat Baik
- Inovasi Terbaru, BPJS Kesehatan Luncurkan Loket Pelayanan Informasi dan Portal Quick Response
Baca Juga
Prolanis adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang melibatkan peserta, faskes dan BPJS Kesehatan untuk memelihara kesehatan penderita penyakit kronis, yakni Diabetes Mellitus (DM) dan hipertensi (HT), untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Sebagai peserta yang menderita hipertensi, Buntris mengaku, mendapat banyak manfaat dan keuntungan dari program tersebut. Dia dapat berkonsultasi tentang kesehatan secara teratur.
"Saya juga rutin menerima informasi valid soal kesehatan saya. Ada penyuluhan dan pengetahuan, agar dapat menjaga kondisi kesehatan dengan baik," ungkap ibu dua anak dan nenek seorang cucu ini, kepada RMOL Jateng, Selasa (29/8).
Pemeriksaan tekanan darah (tensi) rutin terhadap para peserta Prolanis.
Manfaat lain, Buntris juga menerima pengingat via SMS gateaway, jika sudah waktunya memeriksakan diri. Dia juga mendapat fasilitas home visit dari tenaga medis.
Broery Adijanta (49), yang memiliki riwayat darah tinggi, mengaku, sejak 2 tahun terakhir terdaftar sebagai peserta Prolanis HT.
‘’Dulu saat cek tensi, 164/96. Oleh dokter, langsung didaftarkan sebagai peserta Prolanis HT. Rutin minum obat setiap malam sebelum tidur, tensi saya sekarang normal pada kisaran 120/80,’’ tutur pria dua anak warga Pucanggading ini.
Pria yang berprofesi sebagai musisi ini mengaku mendapat banyak manfaat sebagai peserta Prolanis. ‘’Saya dapat fasilitas check up darah lengkap 2 kali setahun, tiap enam bulan sekali. Asal kita disiplin menjaga pola makan dan istirahat, serta rutin minum obat dan tak lupa olahraga, insyaallah diberi kesehatan,’’ kata Broery.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang, Andi Ashar, mengatakan, saat ini, jumlah peserta Prolanis yang terdaftar di BPJS Kesehatan Cabang Semarang 55.252 orang. Mereka tergabung di 817 klub, terbagi dalam 421 klub Diabetes Melitus dan 396 klub Hipertensi.
Kegiatan senam Prolanis di Puskesmas Bonang II Demak, yang rutin dilakukan bagi peserta Prolanis DM dan HT.
Peserta Prolanis yang sudah terdaftar, kata Andi, akan menjalani pemeriksaan kesehatan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Pemeriksaan tersebut mencakup gula darah puasa (GDP), gula darah 2 jam setelah makan (GDPP), tekanan darah, indeks massa tubuh (IMT), dan HbA1c (Hemoglobin A1c).
Andi Ashar mengatakan, Prolanis bertujuan agar kualitas kesehatan penderita DM dan hipertensi dapat dapat dikelola dengan baik. Karena jika tidak dikelola, sangat memungkinkan penyakit-penyakit ini menjadi trigger bagi penyakit yang lebih serius.
Kualitas Hidup Lebih Baik
Selain itu, Prolanis mampu meningkatkan peran aktif FKTP dalam memberikan pelayanan, meningkatkan peran aktif forum komunikasi antara dokter spesialis dengan FKTP dalam penyusunan plan of care, hingga mampu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran peserta Prolanis.
Kualitas hidup ini bisa dilihat dari hasil pemeriksaan di FKTP. Diharapkan, 75% pengidap penyakit kronis terutama DM tipe 2 dan HT yang sudah diperiksa, memiliki kondisi kesehatan yang baik.
"Dengan kondisi kesehatan yang terjaga, maka risiko terjadinya komplikasi pun bisa menurun," paparnya.
Untuk menjadi peserta Prolanis, calon peserta harus mengisi formulir data dari BPJS Kesehatan. Jika dianggap memenuhi persyaratan, maka petugas akan melakukan tindak lanjut.
Peserta Prolanis yang berhalangan hadir ke faskes, dapat fasilitas home visit dari petugas medis.
"Selalu ada edukasi dari dokter keluarga sehingga mendapatkan banyak pengetahuan tentang kesehatan, yang selama ini belum pernah saya peroleh dari asuransi kesehatan swasta manapun," tegasnya.
"Untuk peserta Prolanis DM, setiap bulan dapat memeriksa darah sehingga tahu kadar gula kita berapa," imbuhnya.
Cegah Penyakit Katastropik
Kehadiran Prolanis dapat mencegah terjadinya kasus-kasus baru stroke dan gagal ginjal. Saat ini, gagal ginjal kronis berada di ranking keempat di antara delapan penyakit katastropik atau penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan memiliki komplikasi yang bisa mengancam jiwa. Penyakit ini menyedot pembiayaan terbesar BPJS Kesehatan.
Data BPJS Kesehatan Cabang Semarang menyebutkan, pada 2020 dan 2021, melayani 30.697 pasien gagal ginjal dengan biaya Rp63.471.917.200. Untuk cuci darah pada 2021 Rp60.824.353.300 bagi 71.978 pasien di Kota Semarang, dan Kabupaten Demak Rp11.062.701.500 (13.031 pasien).
Pada 2023, melayani 11.458 pasien gagal ginjal dengan total biaya Rp 116.657.201.285 Sedangkan biaya untuk layanan cuci darah, pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp 44.483.233.710 untuk 53.107 kasus di wilayah Kota Semarang, dan untuk Kabupaten Demak Rp 2.346.538.015 ( 2.993 kasus). Operasi transplantasi ginjal yang masuk program JKN, pada 2023 terdapat 1 kasus dengan biaya Rp 400.294.600
Dashboard JKN
Prolanis juga didukung adanya Dashboard JKN yang merupakan aplikasi yang dikelola oleh BPJS Kesehatan untuk memberikan data pengelolaan dan pelayanan JKN kepada pemerintah. Data ditunjukkan dalam bentuk infografis untuk memberikan gambaran terhadap karakteristik pengelolaan dan pelayanan JKN perwilayah.
Melalui dashboard berbasis web ini, pemerintah dapat mengakses data capaian Universal Health Coverage (UHC), profil Peserta JKN, fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, jumlah kunjungan dan rujukan, top diagnosa di FKTP dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), serta utilisasi penyakit katastropik.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moch Abdul Hakam (kiri) dan Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang Andi Ashar.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam mengakui, Dashboard JKN yang disediakan BPJS Kesehatan membantu pemerintah menyusun kebijakan strategis di sektor kesehatan. Tersedianya data umum JKN mendorong terlaksananya analisa yang akurat saat perumusan kebijakan dalam menangani permasalahan kesehatan.
“Selain melihat melalui Dashboard JKN, kami juga memiliki aplikasi Buana Cakrawala. Teman-teman di fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas menghimpun data by name by address penderita penyakit kronis sehingga kami bisa memetakan wilayah mana yang memiliki kerentanan penyakit kronis. Harapannya perbulan dapat dilakukan upaya perbaikan secara tepat,” ungkap Hakam.
Di bidang kesehatan, Pemerintah Kota Semarang tengah memaksimalkan program promotif preventif. Namun porsi pelayanan kuratif dan rehabilitatif tetap dilakukan.
“Dashboard JKN dari BPJS Kesehatan itu sangat membantu kita melakukan intervensi ke masyarakat. Kompilasi data yang disandingkan dengan data Dinas Kesehatan, memperlihatkan peta kerentanan penyakit. Seperti di daerah Banyumanik dan Tembalang, data kami menunjukkan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di sana tinggi,” tambahnya.
Selanjutnya, petugas kesehatan akan langsung meluncur wilayah yang terpetakan untuk memberikan perhatian lebih melalui skrining, edukasi perubahan perilaku dan pola makan serta survey Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL).
Evaluasi Penyakit Kronis
Andi Ashar mengatakan, Pemerintah Daerah juga dapat mengakses Dashboard Evaluasi Penyakit Kronis (DETAK) untuk mengetahui tingkat prevalensi dari dua penyakit penyakit utama (mother of disease), yaitu DM dan HT.
“Satu lagi, melalui dashboard pemda juga dapat melihat overview penyakit menular, seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV), Tuberkulosis (TBC), dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” ujar Andi.
Dikatakan, dalam Program JKN terdapat data kesehatan individu maupun masyarakat yang dapat diintegrasikan agar Pemda dapat mengakses kapan pun dan di mana pun saat dibutuhkan. Hadirnya Dashboard JKN dapat mempertajam dan mengoptimalkan berbagai kebijakan terkait pembangunan kesehatan di masa mendatang.
Kehadiran Dashboard JKN diharapkan dapat semakin meningkatkan peran pemda dalam pelaksanaan Program JKN, misalnya, dalam perbaikan kualitas layanan di fasilitas kesehatan, pencapaian UHC, serta peningkatan promotif dan preventif sebagai pencegahan dini tingginya penyakit katastropik.
- Memberantas Stunting Sebelum Genting
- RS Pantiwilasa dr Cipto Salurkan CSR untuk Selpi Program, Andi Ashar: Efek Domino yang Sangat Baik
- Inovasi Terbaru, BPJS Kesehatan Luncurkan Loket Pelayanan Informasi dan Portal Quick Response