Angka kematian ibu dan bayi yang sempat menjalani persalinan di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus hingga kini masih tergolong tinggi. Faktor pemicunya akibat terbatasnya akses layanan kesehatan berkualitas.
- Target Bebas TB 2030 Harus Jadi Kepedulian Bersama
- Ribuan Mahasiswa Ambil Bagian Dalam Vaksinasi Massal Kodam IV Diponegoro di UKSW
- Peluncuran Unit Kerja Anti Kecurangan Tepat Pada Hari Anti Korupsi Sedunia
Baca Juga
Faktor lainnya, karena rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menjadi penyebab utama. Menyikapi kondisi itu, RSUD milik Pemkab Kudus ini membuat inovasi layanan kolaboratif bernama “Nasi Jangkrik,”.
Layanan yang diresmikan oleh Penjabat (PJ) Bupati Kudus Mohammad Hasan Chabibie pada Sabtu 28 September ini, bertujuan menyediakan pemeriksaan komprehensif bagi ibu hamil dan janin berisiko tinggi.
Dari data yang tercatat di RSUD setempat, terdapat 7 kasus kematian ibu dan 87 kasus kematian bayi pada tahun 2023. Dengan kehadiran inovasi layanan kolaboratif bernama “Nasi Jangkrik,” ini, diharapkan menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kudus.
“Langkah ini juga sebagai bagian dari komitmen manajemen RSUD dr. Loekmono Hadi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat,” ujar Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi, melalui Wakil Direktur Umum dan Keuangan Edy Susanto.
Edy mengakui bahwa angka kematian ibu dan bayi di rumah sakit setempat masih tergolong tinggi. Selama ini, RSUD dr. Loekmono Hadi merupakan rujukan bagi rumah sakit tipe D dan C.
“Selama ini, pasien ibu hamil yang datang ke RSUD dr. Loekmono Hadi sudah dalam kondisi serius. Banyak dari mereka terlambat mendapatkan penanganan medis yang tepat,” ujar Edy.
Melalui sistem jemput bola ke Puskesmas, kata Edy, layanan “Nasi Jangkrik” memungkinkan ibu hamil mendapatkan layanan pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Sp. OG).
Kini untuk mendukung inovasi itu, RSUD dr. Loekmono Hadi telah mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai. Termasuk fasilitas 8 kamar bedah dan ICU dengan 20 tempat tidur.
”Dengan semakin dekat dan cepatnya aksesbilitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil risiko tinggi ini, juga diharapakan bisa meningkatkan kunjungan rawat jalan khusunya di poli obsgyn” terangnya.
Pihak RSUD setempat optimis bahwa kolaborasi antara pemerintah, rumah sakit, dan masyarakat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi ibu dan bayi.
Sementara itu, PJ Bupati Kudus, Muhammad Hasan Chabibie mengapresiasi inovasi “Nasi Jangkrik.” Dalam kesempatan itu, ia juga menekankan pentingnya koordinasi dan ketepatan waktu dalam pelayanan kesehatan.
“Tujuannya tentu agar angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan di Kabupaten Kudus,” ucapnya.
Hasan menambahkan, semua pihak harus bersinergi agar layanan bisa lebih cepat dan tepat. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya waktu kritis dalam penanganan pasien.
- Gegara Sampah, Pemkab Kudus Rogoh Miliaran Rupiah Borong Alat Berat
- Sukses Taklukan Audisi Umum 2024, 11 Atlet Belia Bergabung di PB Djarum
- Pedawang FC Incar Top Scorrer Sukun U23 League, Putra Jaya Tertahan di Peringkat Tujuh