Sejumlah pengelola hotel dan resort di Salatiga mengakui jika okupansi masih naik turun dan belum dapat diprediksi. Hal ini tidak lepas dari kondisi wilayah ditengah pandemi Covid-19.
- Bangkit dari Pandemi, PWI Jateng Gelar Ajang Anugerah Pariwisata Jawa Tengah 2022
- Lakukan Simulasi, Obyek Wisata Batang Dolphin Center Segera Dibuka
- Curug Semirang, Wisata Favorit Warga Semarang
Baca Juga
"Setiap yang akan melakukan kunjungan, mereka akan tanya dulu Salatiga sekarang zona apa kalau orange apalagi merah akan buru-buru dibatalkan. Jadi, zona masih menjadi momok bagi kami," kata General Manager (GM) Grand Wahid Hotel Salatiga Emmawaty, Kamis (10/9).
Bahkan, memasuki Minggu pertama bulan September 2020 ini okupansi masih sepi, masih dibawah 30 persen.
"Untuk weekend saja kita tidak bisa memprediksi. Unprediksi malahan. Meski demikian, penyumbang terbesar saat ini makanan dalam bentuk pemesanan dan event yang dikelola management," tandasnya.
Ditambahkan Marcomm Laras Asri Resort and Spa Sherly Novia, okupansi 'room' dan meeting room juga tidak dalam jumlah besar.
Meski demikian, diakuinya kondisi berangsur membaik dari pada bulan Maret-Mei.
"Awal Juli Agustus okupansi kita 42 persen. Masih jauh dari target, merosot drastis. Yang pasti untuk tamu meeting seringnya benar, tergantung situasional Covid-19," ujar Sherly.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Salatiga Arso Adji Sadjiarto menyebutkan, pengelola hotel untuk menggapai 30 persen di bulan Juli-Agustus masih sangat sulit.
- Tarik Minat Wisatawan, Dinporapar Purworejo 'Uji Kelayakan' 10 Desa Paket Wisata
- Desa Wisata Sumberbulu, Karanganyar Masuk 50 Besar Pilihan Kemenparekraf
- Libur Nataru, Wisata di Batang Alami Lonjakan Pengunjung Hingga 50 Persen