Masuki Suro, Benda Koleksi Museum Tosan Aji Purworejo Dijamas

Asisten I Setda Purworejo Bambang Susilo menyerahkan tosan aji berupa keris kepada penjamas untuk mengawali kegiatan jamasan koleksi Museum Tosan Aji Purworejo. Budi Agung/RMOLJateng
Asisten I Setda Purworejo Bambang Susilo menyerahkan tosan aji berupa keris kepada penjamas untuk mengawali kegiatan jamasan koleksi Museum Tosan Aji Purworejo. Budi Agung/RMOLJateng

Seribu lebih koleksi tosan aji di Museum Tosan Aji Purworejo dilakukan pensucian atau penjamasan dalam bulan Sura. Kegiatan itu tidak dilakukan serentak, namun secara bergiliran.

Untuk Sura tahun ini tidak dilakukan di awal, namun mengambil hari Jumat Kliwon yang ada. Adapun prosesinya diawali dengan penyerahan secara simbolis dua benda tosan aji dari Asisten I Sekretariat Daerah Purworejo, Bambang Susilo kepada penjamas di pendopo rumah dinas bupati, Jumat (12/7) pagi.

Setelah itu, dilakukan kirab pusaka dari Pendopo Kabupaten Purworejo menuju Museum Tosan Aji untuk selanjutnya dilakukan proses jamasan benda tosan aji.

Dua benda tosan yang menjadi simbol jamasan tahun ini adalah Keris Dhapur Naga Luk 11 dan Keris Berdhapur Brojol. Kedua pusaka tersebut, secara simbolis akan dijamas pada agenda Gendhing Setu Legi dengan tema Jamasan Pusaka.

Yakni, akan diselenggarakan di Pendopo Kabupaten Purworejo pada Jumat (12/7) malam yang disiarkan secara live Youtube untuk mengedukasi masyarakat.

"Ini memang ritual rutin yang kami selenggarakan setiap Jumat Kliwon pada bulan Sura. Semua pusaka yang tersimpan di museum, dijamas sebagai bentuk perawatan tosan aji," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo Wasit Diono, Jumat (12/7).

Disebutkan, selain untuk melestarikan budaya dan mengedukasi masyarakat terkait benda tosan aji, jamasan itu dilakukan untuk menjaga kelestarian dan keawetan koleksi.

"Jamasan sebagai wujud untuk mensucikan diri. Harapannya menjadi simbol untuk dapat menggugah semangat masyarakat agar mewujudkan Purworejo mulyo," sebut dia.

Kabid Kebudayaan, Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih menambahkan, dua keris yang menjadi simbol jamasan merupakan hasil kajian dari tim kajian museum dari Yogjakarta.

Dhapur Naga Luk 11 menurut wiropustaka disebut Naga Pasung, memiliki visualisasi naga yang berbentuk figuratif. Bentuk Naga terlihat pada bagian sor-soran dilengkapi dengan tindik yang terbuat dari logam mulia.

Pamor pedaringan kebak terlihat lembut merupakan simbolisasi dari mengedepankan aspek batiniah. Dengan garap bahan logam yang terlihat keras, madhas terkesan kering dan mentah. Hal itu menunjukkan karakteristik garap dan gaya perupaan dari sebuah wilayah Bagelen.

Kemudian, Berdhapur Brojol dengan ciri khas ricikan pijetan dan gandhik lugas. Berpamor wengkon isen yaitu perpaduan antara pamor tepen di dalamnya terdapat pola ngulit semangka.

Keris ini diperkirakan merupakan keris khas Bagelen. Dalam artian memiliki karakteristik visual yang diperkirakan dibuat di wilayah Bagelen.

Sementara, Asisten I Setda Purworejo Bambang Susilo mengatakan, jamasan pusaka merupakan tradisi yang patut untuk dilestarikan. Karena, menjadi salah satu wujud penghormatan kepada lulur dan menjadi warisan budaya.

Menurutnya, jamasan tosan aji sudah menjadi tradisi nenek moyang yang memiliki filosofi untuk membersihkan jiwa dan raga manusia. Seluruh masyarakat memiliki tugas untuk memelihara budaya tradisional agar tetap lestari dan berkembang di masa yang akan datang.

"Harapannya, agenda jamasan pusaka yang ada di Museum Tosan Aji dapat menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang disajikan kepada masyarakat," kata Bambang Susilo.