Masyarakat Mengeluh, Harga Sembako Di Awal Ramadan Tetap Mahal 

Masyarakat Di Kota Semarang Awal Ramadhan Ini Masih Mengeluhkan Terkait Tingginya Harga Bahan-Bahan Pokok Untuk Keperluan Buka Puasa Dan Sahur. Dokumentasi Foto Pasar. Dicky A Wijaya/RMOLJateng
Masyarakat Di Kota Semarang Awal Ramadhan Ini Masih Mengeluhkan Terkait Tingginya Harga Bahan-Bahan Pokok Untuk Keperluan Buka Puasa Dan Sahur. Dokumentasi Foto Pasar. Dicky A Wijaya/RMOLJateng

Masyarakat pembeli sembako di Kota Semarang yang berbelanja di beberapa pasar tradisional awal Ramadan ini mengeluhkan masih tingginya harga pangan dan kebutuhan konsumsi rumah tangga. Namun, demi keluarga mereka tetap membeli walau pun harganya tidak murah. 


Pantauan RMOLJateng di Pasar Peterongan dan Jatingaleh, Selasa (12/03) pagi, menunjukkan harga kebutuhan pokok saat ini sebagian telah normal tetapi sejumlah barang yang sempat naik belum menunjukkan tanda-tanda stabil. Penjual pun mengaku jika harga mempengaruhi penjualan mereka.

Nur, pedagang sembako di Pasar Jatingaleh, mengatakan harga kebutuhan pokok naik seharusnya diperkirakan sudah normal di bulan Ramadan. Namun, ternyata kondisi itu belum tercapai. Diduga naiknya harga terjadi karena musim hujan menghambat pengiriman barang ke pasar. 

"Cabai yang harganya sedikit di atas normal mencapai Rp80 ribu per kilogram untuk jenis teropong. Tetapi, untuk cabai rawit paling banyak dicari, aman. Telur juga masih di atas harga biasanya lebih mahal Rp2 ribu tetapi jika stok mencukupi kita yakin kembali normal," kata Nur. 

Pada awal Ramadan, beberapa kebutuhan pokok yang mencapai harga tinggi antara lain, telur ayam yang harganya di atas harga eceran lebih mahal Rp2 ribu yaitu dijual Rp28 ribu hingga Rp29 ribu per kilo. Cabai juga ada jenis tertentu yang harganya naik bahkan harga jualnya saat ini Rp80 ribu per kilogramnya. 

Bagi masyarakat harga bahan-bahan pokok mahal sangat berat dirasakan apalagi konsumsi selama bulan puasa Ramadan juga bertambah dibandingkan hari-hari biasa. 

Menurut Halimah, warga Lamper Tengah, sulit mengatur pengeluaran harian antara kebutuhan dapur dan keluarga. Untuk keperluan buka puasa dan sahur butuh hati-hati dalam mengelola keuangan agar biaya tak membengkak serta cukup selama puasa sebulan. 

"Harus hati-hati sekali dalam mengelola finansial rumah tangga di bulan Ramadan. Jadi, akhirnya beli belanjanya cuma yang dibutuhkan dan bisa distok untuk beberapa hari. Biar hemat, karena kita tidak mungkin memasukkan biaya lain-lain cuma agar bisa buka dan sahur menunya komplit," ucapnya. 

Pun Silviani, warga Gayamsari mengaku masih berat menjangkau sembako kebutuhan sehari-hari dengan harga yang naik turun sekarang ini. 

"Masih mahal semuanya. Tak pikir Ramadhan sudah bisa belanja murah tapi lha malah sebaliknya mahalnya pol-polan. Ya, bagaimana lagi nyatanya harganya naik terus. Seminggu turun, kita konsumen butuh terpaksa tetap beli meski mahal," keluhnya.