Kuliner di kota Lumpia tidak pernah ada habis inovasinya. Salah satu yang cukup unik adalah Sego Babat khas Madura yang dijual warung makan dibilangan Duren Utara II no. 15, Banyumanik.
- Warga Terdampak Bencana Rob Harus Dapat Bansos RTLH
- Semargres Sukses Tingkatkan Perekonomian Kota Semarang
- Diserang Tikus, Petani Banjarnegara Minta Pemerintah Turun Tangan
Baca Juga
Kuliner di kota Lumpia tidak pernah ada habis inovasinya. Salah satu yang cukup unik adalah Sego Babat khas Madura yang dijual warung makan dibilangan Duren Utara II no. 15, Banyumanik.
Sego Babat Mbok Sri, menyediakan aneka kuliner nasi khas madura, mulai dari sego babat yang berisi irisan jeroan berupa babat, iso dan paru sapi goreng yang dilengkapi dengan mie goreng, taburan serundeng, dan sambal bawang.
Selain itu juga ada Sego Bebek Madura dengan kuah hitam khas Madura, yang juga menjadi best seller
Oktaria Dyah Pratiwi (30), pengusaha muda yang memulai bisnis kuliner sego babat sejak tahun 2018 ini membuka warung makan khas Madura di Kota Semarang karena kerinduannya pada masakan Jawa timuran.
"Karena saya pecinta kuliner dan masakan ini dari jawa timur, sayapun orang jawa timur, tapi tidak ada di semarang dan akhirnya memberanikan diri untuk bikin dan ternyata animo masyarakat semarang cukup bagus," jelas Okta saat ditemui di warung makan miliknya, Sabtu (20/2).
Wanita kelahiran Lumajang ini mendapatkan resep sego babat dari hasil racikan tangannya bersama kerabatnya bernama Mbok Sri yang saat ini namanya dipatenkan menjadi nama warung makannya.
Bahkan hingga satu tahun trial and error, Okta dan Mbok Sri akhirnya menemukan bumbu yang pas untuk semua menu di warung makannya.
"Awalnya orang kiranya ini nasi goreng, tapi setelah dijelasin kalau ini sego babat orang jadi penasaran dan ternyata pada suka. Padahalsetahu saya kan orang semarang lebih suka makanan manis padahal sego babat ini cenderung asin ga ada manisnya, tapi justru pada suka," ungkapnya.
Mengusung konsep rumah makan "ndeso" dengan dinding bambu beralasan semen dan alunan gending jawa, membuat pengunjung warung makan seolah kembali ke kampung halamannya.
"Berani membuka warung makan karena memang dari dulu pengen banget punya bisnis kuliner, makanya setelah punya ide sego babat ini bener-bener direalisasikan dan ditekuni, karena memang ini termasuk unik dan di semarang belum ada," tutur Okta.
Okta mengaku, dari semua olahan kuliner yang dijualnya, selain serundeng yang menjadi ciri khasnya, sego jagung atau nasi jagung menjadi ciri utama menyantap hidangan disini. Tak ada nasi putih biasa, bahkan nasi jagungnya pun di datangkan langsung dari Lumajang.
"Serundengnya yang bikin beda karena kita sangrainya bisa sampai 4-5 jam biar dapet teksturnya yang kering crunchy," ucapnya.
Harga satu porsi sego babat madura cukup terjangkau yakni Rp 17.000, sedangkan nasi bebek madura Rp 25.000 per porsinya.
Diakui Okta, mulai awal pandemi dirinya harus memutar otak agar bisnisnya tetap jalan. Berdagang melalui media online jadi solusinya saat ini. Bahkan 60% pelanggannya membeli melalui online.
Meski diserang pandemi seperti ini, setiap bulannya Okta mampu meraih omset hingga Rp 20 juta.
"Pandemi ini memang sangat berasa sekali penurunannya, tapi karena dibantu pemasaran online, jadi kami masih bisa dapat untung," pungkasnya.
- Luncurkan BAKUL SEGAR, Pemkot Semarang Permudah Urus NIB
- 73 Pemuda Kota Magelang Dilatih Berwirausaha
- Trafik Layanan Data XL Selama Lebaran di Jateng Tertinggi