Pertemuan antara Sultan Hamengku Buwono X dengan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto di Yogjakarta, Senin (8/4) lalu, menjadi sorotan. Arah dukungan Sultan HB X pada Pilpres 2019 menjadi perbincangan.
- Analis: Kampanye Bagi-bagi Susu dan Makan Siang Gratis Merupakan Narasi Kebaikan
- Wali Kota Semarang: Netralitas ASN Harus Jadi Harga Mati
- Pemkot Hibahkan Rp13 Miliar untuk KPU Salatiga
Baca Juga
Selama ini, Sri Sultan HB X belum pernah menyatakan dukungan resmi terhadap kedua pasangan calon presiden yang saat ini bertarung. Namun, simbol-simbol dari pertemuannya dengan kandidat capres, kerap dimaknai dengan berbagai tafsir.
Sebelum Prabowo, Capres nomor urut 01, Joko Widodo telah lebih dahulu bertemu Sri Sultan pada Sabtu malam (23/3) bulan lalu. Jokowi ketika itu bersama elite PDIP di antaranya Megawati Soekarnoputri, Hasto Kristiyanto, dan Eko Suwanto.
Pengamat komunikasi politik asal Univesitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad menilai silaturahmi capres jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) adalah hal yang lumrah. Sangatlah penting untuk memperebutkan suara pemilih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Fenomena ini juga sama sebenarnya 2014 kan, juga hampir setiap Pemilu," ujar Nyarwi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (10/4).
Sultan HBX sebagai sosok simbolik raja Jawa atau beyond territory Yogja menjadi panutan rakyatnya. Simbol-simbol yang ditunjukkannya akan dibaca oleh rakyatnya sebagai petunjuk arah dukungan sang raja. Tak heran, pasca reformasi, dimana Pilpres digelar secara langsung Sultan menjadi tempat sowan kandidat yang bertarung.
Ketika Sultan tidak ikut jadi peserta kampanye. 2009, SBY juga datang, 2004, Mega dan SBY juga datang, kemudian 2014 juga sama Prabowo dan Jokowi juga datang. Artinya Sultan sering dikunjungi itu hal yang biasa," ujar Nyarwi.
Ditambahkan Nyarwi, selain sebagai sosok simbolik raja Jawa yang sangat dihormati rakyatnya, Sultan juga dikenal sebagai tokoh reformasi 98.
Dia sosok reformasi, dan itu masih dianggap punya daya magnetik dua-duanya punya kontribusi buat elektoral setiap Pilpres," imbuhnya.
Pengaruhi Pemilih DIY
Secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai, dukungan Sultan sangatlah penting untuk memperebutkan suara pemilih di DIY, tapi bukan untuk Pulau Jawa secara keseluruhan.
Ujang Komarudin mengatakan, memperoleh dukungan dari setiap kepala daerah sangatlah penting untuk memastikan tingkat elektabilitas di Pilpres nanti kian moncer.
"Sultan merupakan Gubernur DIY. Dia dicintai rakyatnya, rakyat Yogyakarta. Tentu ucapannya akan didengar oleh rakyatnya," kata Ujang kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (10/4).
Ditambahkan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu, dukungan Sultan bukan berarti mempengaruhi suara pemilih di Jawa secara keseluruhan.
Pengaruh Sultan ada dalam wilayah kekuaasaannya. Yaitu di Yogyakarta," pungkas Ujang.[]
- PAN: SBY Sudah Tunjukkan Posisinya
- Politisi Gaek PDI Perjuangan Turun Gunung Hadiri Penetapan Caleg Terpilih, Teddy: Ini Dinamika Perpolitikan
- Ulil: Agama Buat Kita Tak Jadi Edan Terombang-ambing Arus Zaman