- Menilik Jamu Herbal Dan Jus Buah Buatan Warga Tegal
- Ketua TP PKK: Standarisasi Perlu Diintensifkan, Demi Temukan Kopi Batang Berkualitas
- Hari Jadi Pekalongan, Museum Batik-BI Tegal Hadirkan Pameran Bernilai Sejarah
Baca Juga
Industri fesyen tidak hanya mengangkat tema mengenai fesyen modern, namun juga menyuguhkan dan menawarkan akan keunikan selera dalam industri ini.
Contoh nyatanya dengan mengkolaborasikan etnik motif kearifan lokal budaya daerah pada kain dan diimplementasikan pada produk fesyen jadi, berupa kain batik, tas atau pun suvenir dalam bentuk lain.
Para pengampu fesyen batik berusaha untuk tetap lestarikan keberadaan corak serta motif batik Demak yang dikemas secara lebih modern. Yustika Yuliarti (46) pemilik Batik Natra dalam Fashion Show dalam rangka Hari Batik Nasional yang digelar di Hotel Wimarion Semarang, Rabu (02/10) menampilkan Cerita Dalam Kain.
Tema yang dipilih dalam pagelaran tersebut adalah etnik elegan dengan tetap tampil modern dan smart meski mengenakan batik yang bertema motif lokal, berupa paduan motif Masjid Agung Demak, belimbing Demak, daun dan lurik.
Batik Natra (Natural Kreatif Batik) adalah salah satu batik yang memiliki corak kontemporer seperti alam dan anatomi tubuh, contohnya air, langit, tanah dan makhluk hidup. Setiap corak yang dibuat memiliki nama dan filosofi masing-masing. Misalnya, corak Irisan Blimbing yang artinya melambangkan rukun islam ada lima.
Kekuatan Batik Natra pewarnaannya menggunakan warna alami, selain itu pengerjaannya juga masih tradisional menggunakan canting.
Di rumah produksinya yang berada di perumahan Jasmine Park, Blok J2 Nomor 11, Jalan Plamongan Indah, Gembyong, Batursari, Mranggen, Demak, Natra tidak hanya memproduksi kain batik saja tetapi juga menciptakan karya lain seperti lukisan abstrak batik, tas ecofriendly Natra, One Set Ecobat Natra, mukena, selendang dan sebagainya.
Yustika Yuliarti dalam membuat motif batik juga memasukkan unsur beberapa motif anatomi tubuh di antaranya, susunan saraf, epidermis, darah, paru, dan organ-organ di dalam tubuh lainnya.
“Kami memiliki motif-motif kedokteran. Kami terinspirasi dengan anatomi tubuh, seperti susunan saraf, epidermis, darah, paru, organ-organ di dalam tubuh, yang kita kombinasikan dengan motif khas Demak, ” tambahnya
Tidak hanya itu, Batik Natra juga terkenal ecofriendly atau ramah lingkungan. Yustika menambahkan, ia juga memanfaatkan tumbuh-tumbuhan di sekitar untuk sebagian bahan dasar warna batiknya. “Batik Natra itu menggunakan warna-warna alami, sehingga warnanya itu soft dan elegan, eksklusif. Karena visi dan misi Batik Natra itu ingin melestarikan budaya Indonesia dengan tetap memperhatikan ramah lingkungan,” imbuhnya.
“Kita fokusnya memang pada kain batik tulis dan cap. Lalu kita kembangkan ke syal, jilbab, sajadah, tas, topi, lalu memanfaatkan perca menjadi aksesoris, seperti kalung dan masker,” terangnya.
Meski pun terbilang industri rumahan, penjualannya tidak main-main. Yustika menjelaskan, pelanggannya bahkan tidak dari tingkat nasional saja, melainkan hingga dari luar negeri. Cakupan harga kain Batik Natra dimulai dari harga Rp250.000 sampai Rp3.000.000.
“Pelanggan sudah sampai seluruh Indonesia, seperti NTT, Lombok, Bali, dan Jakarta. Selain itu pernah dari luar negeri ketika kami ikut exhibition (pameran) kedokteran di Inggris dan Jerman,” jelasnya.
- Kapolrestabes Silaturahmi Dengan FKPM Da’i Kamtibmas, Perkuat Sinergi Untuk Semarang Kondusif
- TP PKK Batang Sosialisasikan Gemar Makan Ikan
- Dandim 0721/Blora: Ajak Insan Pers Sinergi Dan Dukung Publikasi Inbox