Pemberontak Hutu Rwanda Tolak Tudingan Dalang Pembunuhan Duta Besar Italia Di Kongo

Kelompok pemberontak Hutu Rwanda membantah tuduhan bahwa mereka berada di balik pembunuhan duta besar Italia untuk Republik Demokratik Kongo (RDK), Luca Attanasio.


Kelompok pemberontak Hutu Rwanda membantah tuduhan bahwa mereka berada di balik pembunuhan duta besar Italia untuk Republik Demokratik Kongo (RDK), Luca Attanasio.

Tewasnya Attanasio (43) bersama pengawal utusan Italia, Vittorio Iacovacci, dan seorang pengemudi Kongo, menjadi berita yang cukup mengejutkan pada Senin (23/2) waktu setempat.

Mereka tewas diserang orang-orang bersenjata saat melakukan konvoi Program Pangan Dunia (WFP) di bagian timur Kongo.

Usai kejadian, Kementerian dalam negeri RDK menyalahkan pembunuhan itu pada anggota Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR) - kelompok pemberontak Hutu Rwanda yang telah bercokol di wilayah itu selama lebih dari seperempat abad.

Namun, alih-alih menerima tudingan tersebut, FDLR menyalahkan tentara Rwanda dan Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC) atas serangan itu.

Dalam sebuah pernyataan yang diterima AFP, Selasa (23/2), mereka mengatakan, konvoi duta besar diserang di dekat perbatasan Rwanda, tidak jauh dari posisi FARDC.

Tanggung jawab atas pembunuhan keji ini ditemukan di jajaran kedua tentara ini dan sponsor mereka yang telah membentuk aliansi tidak wajar untuk melanggengkan penjarahan DRC timur,†katanya, seperti dilansir Kantor Berita RMOL.

Sementara itu, jasad Attanasio dan Lacovacci, dibawa pulang oleh sebuah pesawat militer Italia pada Selasa sore. Peti mati mereka dibungkus dengan bendera Italia.

Presiden Kongo Felix Tshisekedi dan istrinya sebelumnya melakukan kunjungan belasungkawa ke istri mendiang Attanasio dan tiga anaknya di kediaman duta besar Italia.

Otoritas RDK dan Rwanda belum melaporkan keberadaan pasukan reguler Rwanda di RDK.Namun seorang ahli di Kivu Security Tracker (KST), pemantau AS, mengatakan kepada AFP bahwa kelompok pemberontak Hutu diketahui hadir di wilayah tersebut.

FDLR berada di dekat tempat serangan itu terjadi. Ada kemungkinan bahwa pemberontak Rwanda bertanggung jawab atas serangan ini,†kata ahli itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Puluhan milisi berkeliaran di empat provinsi timur RDK, banyak di antaranya merupakan warisan perang pada tahun 1990-an yang menyedot negara-negara di sekitar Afrika bagian tengah-selatan dan merenggut jutaan nyawa.

Beberapa pendiri FDLR terlibat dalam genosida Rwanda tahun 1994, di mana mayoritas Hutu membantai 800.000 orang, terutama Tutsi tetapi juga moderat Hutu.Kelompok itu menentang pemerintah Rwanda saat ini, tetapi belum melancarkan serangan skala besar di Rwanda sejak 2001. [sth]