Pemkab Sragen Petakan Wilayah Krisis Air Bersih Selama Musim Kemarau

Krisis air bersih mengancam tujuh kecamatan Kabupaten Sragen.


Sebelumnya pemkab itu telah  memetakan ada 36 desa yang rawan krisis air bersih saat musim kemarau.

Mengantisipasi adanya krisis air saat musim kemarau pihak pemkab telah menggelar rapat koordinasi dengan melibatkan pihak-pihak terkait.

Meliputi BPBD,  camat yang  wilayahnya berpotensi terjadi kekeringan, dinas sosial juga PMI.

Sekda Sragen, Tatag Prabawanto sebut berdasarkan data dari peta kekeringan yang terjadi di tahun 2018 lalu.

Daerah yang berpotensi antara lain Kecamatan Sumberlawang, Jenar, Miri, Mondokan, Tangen dan Sukodono.

Kami meminta kepada seluruh camat yang wilayahnya berpotensi terjadi kekeringan agar bersiaga Sekaligus menginventarisasi titik-titik di wilayahnya yang mengalami kekeringan agar didata. Termasuk memberikan pelayanan permintaan air bersih dengan cepat saat masyarakat membutuhkan droping air," katanya.

Disamping itu, lanjut dia, akan disiapkan tiga tandon besar yaitu Kecamatan Tanon, Sragen dan Dulang.

Untuk anggarannya sudah disiapkan anggaran yang ditangani oleh BPBD dan Dinsos," imbuhnya.

Direktur Utama PDAM Sragen, Supardi menambahkan sesuai dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juni September.

"Dan puncak kemarau diperkirakan terjadi bulan Agustus," paparnya.

PDAM sendiri menyiagakan empat armada untuk melayani kebutuhan droping. Kemudian ada dua armada dari PMI dan BPBD yang siap untuk melayani pengiriman droping.

Dia menambahkan droping memang masih menjadi solusi sementara mengatasi kekeringan di Sragen.

Sumur Pamsimas ada tapi kalau kemarau juga kering.