Pemprov Jateng Segera Tertibkan Peternak Ayam Ilegal

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera menertibkan peternak ayam ilegal yang marak tersebar di seluruh wilayah. Diduga maraknya peternak ilegal tersebut yang membuat harga ayam broiler menjadi anjlok.


Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Jawa Tengah, Lalu M Syafriadi saat dikonfirmasi mengatakan, anjloknya harga ayam di tingkat peternak disebabkan sejumlah hal. Salah satunya karena populasi ayam yang berlebih (oversupply) di kalangan peternak.

Di Jateng sendiri lanjut dia, hasil rapat beberapa waktu lalu menemukan bahwa ada sekitar 40 juta ekor ayam siap jual di Jawa Tengah.

Menurut Lalu, terjadinya oversupply tersebut tidak terlepas dari munculnya sejumlah peternak ilegal dan tidak terdeteksi. Pasalnya, proses perijinan peternakan di Jawa Tengah menjadi kewenangan dari Kabupaten/Kota.

Disinilah problemnya, ada terlalu banyak peternak yang tidak teridentifikasi dan tidak terdaftar, sehingga tidak dapat dikendalikan. Untuk mengatasi hal itu, kami akan membentuk tim yang akan menyisir hingga ke bawah, untuk mengetahui apakah peternak tersebut berizin atau tidak. Sekaligus kami juga akan melakukan pengawasan terkait peredaran day old chicken (DOC) dari para integrator," kata dia, Selasa (25/6).

Selain telah membentuk tim khusus untuk diterjunkan ke lapangan melakukan pengawasan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan tim Satgas Pangan dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi jika ada hal-hal yang melanggar atau persoalan serius di lapangan.

Kami bersama Satgas Pangan dan KPPU akan turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan. Kami tidak ingin ada perang bintang dari persoalan ini," terangnya.

Lalu membenarkan penurunan harga ayam di tingkat peternak memang terjadi cukup drastis dan mengerikan. Apabila hal itu terjadi berlarut, maka dikhawatirkan akan banyak peternak yang gulung tikar karena merugi.

Dari laporan yang saya terima sampai sore ini, harga ayam di tingkat peternak hanya Rp6000 hingga Rp7500 perkilogram. Padahal harga di tingkat konsumen di pasaran masih tinggi, sekitar Rp30.000. Ini kan njomplang sekali," pungkasnya.