Jawa Tengah mencanangkan jamu, obat herbal terstandar (OHT), fitofarmaka dan sumber pangan lokal. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional di bidang farmasi.
- Palang Merah Indonesia Magelang Berhasil Galang Rp1.4 M Pada Tahun 2023
- Pj Wali Kota Salatiga Pastikan Hak Petugas KPPS yang Sakit Saat Bertugas, Terpenuhi
- Lomba TikTok Hingga Talkshow Warnai Peringatan Hari AIDS Sedunia di Sukoharjo
Baca Juga
“Kita sekarang ini terlalu banyak mengonsumsi obat-obat kimia dan didorong adanya program BPJS. Jadi masyarakat ketika merasa sakit, sedikit-sedikit langsung ke rumah sakit karena gratis. Kemudian obat-obatan yang didapat adalah obat kimia yang kebanyakan adalah produk impor. Saatnya kini kita kembali ke alam, fitofarmaka harus dikembangkan lagi, mengganti bahan kimia menjadi bahan dari herbal,” kata Sumarno, Sekda Provinsi Jawa Tengah, saat pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan lokal, di RSUD Bung Karno Surakarta, Kamis (9/6/2022).
Sekda mengatakan, tidak sedikit obat-obatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan merupakan produk impor dengan bahan baku berasal dari Indonesia. Karenanya melalui pencanangan jamu, OHT, dan fitofarmaka, Pemprov Jateng mendorong masyarakat peduli pada upaya pencegahan penyakit. Salah satunya dengan senantiasa mengonsumsi jamu dan obat herbal, agar tubuh sehat dan bugar.
“Yang menjadi problem terkait fitofarmaka adalah, harus melalui uji klinis untuk bisa menggantikan obat kimia yang selama ini diresepkan. Fitofarmaka itu butuh proses yang panjang. Pertama fitofarmaka kalau sudah uji klinis lalu masuk formularium, kemudian masuk daftar obat yang bisa digunakan di rumah sakit dan puskesmas,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI, Dina Sintia Pamela, menyampaikan apresiasi terhadap Pemprov Jateng, yang terus berupaya mendorong peningkatan penggunaan obat asli Indonesia. Termasuk jamu, obat herbal, dan fitofarmaka di berbagai fasilitas kesehatan.
“Kami sangat mendukung upaya Pemprov Jateng yang mendorong penggunaan obat asli Indonesia. Untuk upaya transformasi kesehatan, kami memang sedang mendorong ketahanan di bidang farmasi dari sisi peningkatan penggunaan obat asli Indonesia,” bebernya.
Dina menjelaskan, pihaknya telah melakukan pengelompokkan obat-obatan. Di antaranya produk jamu yang berkhasiat meningkatkan kebugaran yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat, kemudian berkembang dengan pemanfaatan fitofarmaka.
Yaitu dilakukan uji klinis pada jamu hingga menjadi produk fitofarmaka yang siap digunakan di fasilitas-fasilitas kesehatan di Jateng.
PT Jaya Mitra Kemilau bersama Nona Kalani, produsen jamu generasi keempat dari Jamu Nyonya Meneer saat ini masih eksis dan konsisten memproduksi jamu. Dengan dimodifikasi dengan berbagai teknologi modern, baik itu kemasan atau packaging, promosi, varian rasa yang mengikuti perkembangan jaman.
“Kami masih eksis mempertahankan dan melestarikan jamu. Meskipun kami dari generasi keempat, namun resep nenek moyang masih tetap terjaga, penjualan tetap laris bahkan meningkat, kita juga sudah ekspor ke Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat,” kata Vanessa Kalani, cicit Lauw Ping Nio pendiri perusahaan jamu legendaris Nyonya Meneer, ditemui saat pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan lokal, di RSUD Bung Karno Surakarta, Kamis (9/6/2022).
Sebelum pandemi, Vanessa sempat membuka The Jamu Bar di Jakarta untuk memperkenalkan minuman tradisional ke anak-anak muda. Kini, Vanessa mulai merambah pasar daring.
"Sekarang tingkat konsumsi jamu meningkat ke 70 persen. Jadi anak muda umur 20-40 tahun sudah mengenal jamu dan mengerti manfaatnya. Mereka memilih herbal daripada obat-obat farmasi," jelas Vanessa.
- Ratusan Anak di Semarang Ikuti Khitan Massal
- Pemberian Gizi Seimbang Pada Anak Jadi Kunci Terbebas dari Obesitas
- KAI Daop 6 Selenggarakan Pelayanan Kesehatan Gratis di Klinik Mediska Sragen