Pengembangan Potensi Pertanian Organik Trenggulunan Rembang Memupuk dengan Kotoran Kelelawar

Pertanian di kawasan Trenggulunan Pancur sudah menerapkan pupuk kotoran ternak bahkan kelelawar. RMOL Jateng
Pertanian di kawasan Trenggulunan Pancur sudah menerapkan pupuk kotoran ternak bahkan kelelawar. RMOL Jateng

Sejumlah petani melakukan pertanian organik dengan memanfaatkan kotoran ternak hingga kotoran kelelawar sebagai pupuknya di Desa Trenggulunan Kecamatan Pancur. 

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Fajar Riza Dwi Sasongko membenarkan, di Trenggulunan petani  menerapkan pertanian tanpa kimia sama sekali. 

Mereka menggunakan pupuk kandang dari kotoran ternak termasuk dari kotoran kelelawar. 

"Di sana satu dua petak sejak dulu pakai pupuk organik murni, ada yang pakai kotoran kelelawar full tanpa urea. Yang pakai pupuk kotoran kelelawar itu Mbah Khamdi," tuturnya. 

Tak hanya itu, para petani di sana juga telah menerapkan nitrobacter dan jamur jakaba. 

Adapun Jamur Jakaba ini adalah salah satu sumber organik dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan, nitrobacter adalah bakteri berperan penting dalam mengikat nitrogen bebas dari udara untuk difiksasi menjadi nitrit lalu diubah menjadi nitrat dan siap diserap oleh tanaman. 

"Dengan pemakaian nitrobacter pada tanaman, tanaman akan jauh lebih sehat, daunnya menjadi lebih hijau dan terhindar dari serangan layu fusarium, layu daun, daun kuning dan daun keriting. Selain itu nitrobacter yang diaplikasikan langsung pada tanah, dapat mengubah tanah  tandus menjadi tanah yang lebih subur dan gembur,” ucapnya, Jumat (17/11).

Sementara itu terkait pertanian dilakulan oleh Khamdi dengan pupuk kotoran kelelawar itu untuk dikonsumsi sendiri. 

Dengan pertanian organik, kesuburan tanahnya tetap terjaga meskipun terus ditanami padi tanpa jeda. 

Pemakaian pupuk kelelawar ini didukung keberadaan gua di Trenggulunan yang dihuni oleh banyak kelelawar. 

Adapun total luasan lahan di Trenggulunan yang menerapkan pertanian organik oleh Kelompok Tani (Poktan) Tani Utomo 3 ada 5 hektar. Untuk yang memakai pupuk kotoran kelelawar milik Khamdi sekitar 0,5 hektar. 

Dengan varietas padi IR 64 hasil panennya cukup bagus. Per hektar bisa menghasilkan 8,28 ton, sedangkan untuk gabah kering giling 7,08 ton/ Ha. 

Pihaknya mendorong semakin banyak petani di sana menerapkan pertanian organik. Dintanpan melalui Anggaran Belanja Daerah Negara (APBN) telah memberikan pelatihan untuk membuat pupuk organik. 

"Tahun depan kita juga punya rencana membangun klinik di situ. Nanti di klinik itu akan tempat memproduksi pupuk organik, pestisida hayati," terangnya. 

Dia mengatakan, pengairan di wilayah desa terkenal buah naga itu sangat mendukung untuk pertanian organik. Sumber mata air dinilai bagus karena berada di wilayah pegunungan.