Penjualan Properti Residensial Triwulan II Turun

Bank Indonesia mencatat penjualan properti residensial di Jawa Tengah selama triwulan II 2020 mengalami penurunan sebesar 18,76 persen.


Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo mengatakan, tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2020 yang tumbuh sebesar 0,15% (qtq), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,56% (qtq).

Perlambatan terjadi pada semua tipe rumah baik tipe kecil, menengah, dan besar," paparnya di Semarang, Selasa (1/9).

Secara tahunan, lanjut Soekowardojo, pertumbuhan IHPR pada triwulan II 2020 mengalami perlambatan sebesar 1,17% (yoy) Iebih rendah dari triwulan 1 2020 yang sebesar 1,32% (yoy).

Perlambatan terjadi pada harga properti pada tipe rumah kecil dan menengah.

Sejalan dengan harga properti residensial yang tumbuh terbatas, penjualan properti residensial pada triwulan II 2020 mengalami penurunan sebesar -18,76% (qtq), Iebih rendah dari triwulan sebelumnya yang meningkat 26,59% (qtq).

Penurunan penjualan pada triwulan II 2020 terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah, sementara rumah tipe besar mengalami peningkatan.

Secara tahunan, penjualan properti residensial tumbuh 20,03% (yoy) Iebih rendah daripada penjualan triwulan 1 2020 yang tumbuh sebesar 29,53% (yoy).

Penurunan penjualan terjadi pada rumah tipe menengah dan besar, sementara rumah tipe kecil tumbuh melambat.

Ditinjau dari sisi pembiayaan, pada triwulan II 2020 posisi KPR yang disalurkan Bank Umum di Jawa Tengah menurun dibandingkan triwulan 1 2020, dari RP 24,10 triliun menjadi RP 24,02 triliun.

Penyaluran KPR tersebut mengalami penurunan secara triwulan sebesar -0,34% (qtq) atau 2,91 % (yoy) Iebih rendah dari triwulan 1 2020 sebesar 0,41% (qtq) atau 5,49% (yoy).

Kualitas KPR yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing /oan (NPL) pada triwulan laporan relatif sama dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,35%," paparnya.

Pada triwulan III 2020, pertumbuhan IHPR diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 0,22% (qtq) dan 1,10% (yoy).

Hal ini sejalan dengan perkiraan ekonomi kedepan yang mengalami perbaikan sehingga mampu mempengaruhi permintaan masyarakat," paparnya.