Pentas Drama Mbah Modin, Cara Seniman Teater Kudus Serukan Pemilu Damai

Sajian drama menjadi media edukasi efektif bagi masyarakat untuk menyampaikan pesan damai menjelang Pilkada di Kudus. Arif Edi Purnomo/RMOLjateng
Sajian drama menjadi media edukasi efektif bagi masyarakat untuk menyampaikan pesan damai menjelang Pilkada di Kudus. Arif Edi Purnomo/RMOLjateng

Tak sekedar bermain peran, sajian drama menjadi media edukasi efektif bagi masyarakat untuk menyampaikan pesan damai menjelang Pilkada di Kabupaten Kudus.


Hal itu tercermin dalam pertunjukkan drama komedi yang mengusung lakon “Mbah Modin, hasil kreatifitas Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Kudus bersama Kampung Budaya Piji Wetan Dawe Kudus, Minggu (23/6).

Dalam pementasan sebuah drama komedi yang mengangkat tema Pemilu tersebut, menjadi inti dari misi kampanye menciptakan suasana Pemilu damai dan kondusif.

Pentas drama berdurasi 30 menit ini, mampu membawa ratusan penonton tertawa larut saat menghayati jalannya cerita yang tersaji.

“Cerita ini menggambarkan dinamika sebuah perkampungan yang berubah menjadi gaduh, ketika masa kontestasi politik tiba,” ujar Muhamad Farid selaku pimpinan produksi.

Farid mengaku pentas kolaborasi itu supaya di masa Pilkada nanti, masyarakat ikut menggunakan hak pilihnya, dengan tetap menjaga silaturahmi serta menjaga kondusifitas.

Dalam drama itu, Farid sengaja mengusung pertunjukan yang berlatar perkampungan dengan kearifan lokal desa. Ia menggambarkan bahwa desa yang sehari-hari dipenuhi canda tawa dan gotong royong, mendadak berubah menjadi tempat penuh debat dan perbedaan selama masa politik.

Tetangga yang dulunya akrab dan kerabat yang saling mendukung berubah menjadi berselisih karena perbedaan pilihan politik.

“Konsepnya kami bawa dengan lucu dan penuh candaan, supaya pemilu dapat berjalan dengan baik tanpa ada kubu-kubu yang berseteru,” jelas Farid.

Sementara itu, M. Ulul Azmi selaku sutradara pentas drama menambahkan, pertunjukan ini mengangkat sosok Mbah Modin. Ia adalah seorang tokoh agama di perkampungan yang sering kali mendapat stigma buruk ketika masa politik tiba.

Cerita ini juga menyisipkan kegiatan sedekah bumi, di mana semua elemen masyarakat berkumpul tanpa memandang latar belakang, menjadikan suasana desa guyub dan rukun.

“Kami ingin membantah stigma bahwa tokoh agama dimanfaatkan untuk mendulang dukungan dalam kontestasi politik. Tokoh agama adalah sosok yang mempunyai peran sentral di masyarakat, bisa menyatukan, seorang pemimpin yang perkataannya menyejukkan dan menyenangkan,” tandas Ulul.

Dengan seni pertunjukan ini, FK Metra Kudus berharap dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga perdamaian dan keharmonisan selama Pilkada 2024.

Melalui pesan yang disampaikan dengan cara yang menghibur, mereka berupaya menciptakan suasana Pemilu damai dan menyenangkan bagi semua pihak.

Kampanye pemilu damai ala seniman pertunjukan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran serta dalam pemilu serta menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah perbedaan politik.