Persaingan Bisnis Perhotelan Semakin Berat

Persaingan hotel di Kota Semarang semakin ketat. Tingkat keterisian kamar sering kali terkoreksi di waktu- waktu tertentu.


Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, Heru Isnawan meminta, pemerintah  dapat mengadakan moratorium atau pembatasan sementara untuk pembangunan hotel guna menstabilkan okupansi.

"Namun, antara jumlah hotel dan pengunjung masih njomplang (tidak seimbang). Perkembangan Jawa Tengah dan Semarang pada khususnya cukup baik, terlihat dari pengunjung yang semakin banyak," katanya.

Dia melanjutkan, okupansi meningkat atau kebanjiran tamu pada hari- hari tertentu. Misalkan long weekend, hari besar, event nasional. Namun begitu, kegiatan tersebut tidak begitu sering dilaksanakan di Kota Semarang.

"Terkoreksinya okupansi, kemudian terkoreksinya rata- rata harga kamar per malam akan mengakibatkan persaingan yang semakin tidak sehat," ujarnya.

Pihaknya memahami dari sisi pemerintah dengan adanya pembangunan hotel-hotel baru juga akan meningkatkan dari segi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Hal ini berdampak pula dari segi investasi maupun tenaga kerja.

Dengan terus terkoreksinya okupansi dan harga rata- rata menginap per malam, dikhawatirkan tidak ada keberlanjutan, perusahaan kolaps, dijual atau tutup. Hal ini juga akan berdampak pada image kota juga akan terbawa jadi tidak bagus," katanya,

Dia mengharapkan, pemerintah lebih pro aktif terkait pembangunan hotel khususnya di kota Semarang. Salah satunya dengan mengeluarkan moratorium atau penundaan pembangunan tapi dalam takaran yang lebih fleksibel.

Dari sisi investor, lanjut dia, jika ingin merambah sektor pariwisata tidak sebatas ke arah hotel. Sektor yang bisa dilirik adalah restoran, destinasi, merchandise maupun lainnya.

Bila memang harus ditahan yang ditahan dulu pembangunannya. Tapi bukan berhenti lalu tidak ada ijin lagi, sifatnya ada sementara yang ditunda. Mudah- mudahan ke depan pertumbuhan bisa dikejar, tapi jangan ditambah ijin- ijin yang terus menerus," ujarnya.