Pengusaha memperkirakan pertumbuhan industri percetaÂkan pada tahun ini stagnan. Hal ini dikarenakan masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, semakin berkemÂbangnya teknologi digital.
- Pengusaha Sumringah, Rakyat Kena Getahnya
- Komitmen Jalankan CSR, Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Raih Best CSR dan Best Social Innovation dalam E2S Award 2023
- Istana Buah Cabang Baru Dilengkapi 29 Tenant
Baca Juga
Penyelenggaraan pemilihan umum memang menjadi harapan bagi industri grafika untuk menÂdongkrak kinerja pada tahun ini. Selain permintaan pemerintah untuk mencetak buku pelajaran untuk musim ajaran baru.
Ia mengungkapkan, tantangan lain yang menekan pertumbuhan industri adalah pasokan kerÂtas. "Pasokan kertas tidak bisa dipenuhi dengan cepat sesuai dengan permintaan pelaku inÂdustri grafika," tuturnya.
Hal tersebut disebabkan proÂdusen kertas lebih banyak meÂmenuhi kebutuhan pasar ekspor dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri. Kertas daur ulang pun juga sulit didapatkan sebagai efek dari pengurangan pemakaÂian kertas di Amerika dan Eropa sehingga menghambat pasokan kertas bekas.
Ia mengungkapkan, harga kertas juga terus menanjak sejak awal tahun ini. Hingga April lalu, harga kertas telah naik sebesar 28 persen. "Pelemahan rupiah juga menjadi tantangan bagi kami karena mempengaruhi harga kertas," jelasnya.
Para pelaku industri percetakan pun mulai menyesuaikan harga produk mereka karena kenaiÂkan harga bahan baku tersebut. Mughi menyebutkan rata-rata pelaku industri grafika menaikÂkan harga jual sekitar 10 persen.
Menteri Perindustrian (MenÂperin) Airlangga Hartarto menÂgatakan, percetakan menjadi salah satu industri yang mendaÂpat berkah dari adanya pilkada. "Selain tekstil dan pariwisata, industri percetakan juga mendaÂpat untung dari penyelenggaraan pilkada," ungkapnya.
- BUMP Semarang Jadi Contoh Pengendalian Inflasi
- Bandara Ahmad Yani Alami Peningkatan Jumlah Penumpang Dalam Satu Tahun Terakhir
- Relokasi Perusahaan Dorong Kinerja Investasi Jateng di 2023