Mantan Anggota Komisi I DPR yang kini aktif sebagai pengamat intelijen Susaningtyas NH Kertopati menyatakan wacana perubahan Hari Pers Nasional dari 9 Februari ke 23 September bisa merubah makna.
- Video: Tanggapan Ganjar Soal Banteng Vs Celeng
- Ketua DPC PDI-P Salatiga: Kampanye Kumpulkan Massa Tak Efektif
- Pilkada 2024, Repdem Konsisten Dukung Mbak Eisti
Baca Juga
"Bila kita lihat dari sudut pandang intelijen, pergantian tanggal dalam memperingati suatu peristiwa penting akan berimplikasi pada perubahan semangat," terang Nuning biasa disapa kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (20/4).
Pasalnya, peringatan HPN yang diperingati 9 Februari memiliki akar sejarah yang kuat sebagai insan pers pejuang di masa itu.
Kesepakatan itu melahirkan suatu gagasan bahwa insan pers berkomitmen menjaga dan mempertahankan NKRI. Sedangkan usulan 23 September sebagai Hari Pers Nasional yang baru dilandasi dari keluarnya UU 40/1999 tentang pers.
Dalam iklim reformasi, UU tersebut sebagai pembuka kebebasan pers.
Lebih lanjut, Nuning mengkhawatirkan jika perubahan itu akan merubah visi misi entitas pers yang lahir dari hari penetapan awal.
"Visi misi yang terkandung dalam entitas komunitas yang memperingatinya ini nanti bisa berubah," pungkasnya.
- TGB Zainul Majdi Bertemu Wali Kota Solo, Ini Isi Obrolannya
- Solidarity Biker Indonesia Dukung Kapolda Jateng, Ahmad Lutfi, Untuk Jadi Gubernur
- Mantan Bupati Kampar Resmi Mendaftar Bakal Calon Wabup Grobogan