Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) didorong untuk dapat mandiri secara ekonomi.
- Menteri Basuki Motivasi Mahasiswa Agar Lebih Giat Bekerja
- Panen Melimpah, Harga Garam Rakyat Anjlok
- Warga Batang Banjiri Bazar 'Jupuk Bae Lhur'
Baca Juga
Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi ZA Dulung menjelaskan, hal itu sebagaimana target pemerintahan Joko Widodo yang terus berupaya menurunkan kemiskinan melalui berbagai langkah.
Pertama, pogram yang diarahkan untuk mengurangi beban pengeluaran melalui PKH, Beras Sejahtera (Rastra), Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat.
Kedua, program yang diarahkan menambah penghasilan melalui Kelompok Usaha Bersama (Kube), Dana Desa, KUR dan Pemberdayaan Lintas Sektor.
Ketiga, program strategis yang diproyeksikan memobilisasi masyarakat melalui pembangunan infrastruktur, tol laut, bandara dan lainnya.
"Di Kementerian Sosial ikhtiar untuk menurunkan kemiskinan diwujudkan dalam PKH, Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Untuk Rastra pada tahun 2019 diharapkan sudah bertransformasi ke BPNT. Jadi sudah tidak terima beras lagi tapi uang ditranser ke rekening penerima manfaat untuk dibelanjakan beras dan telur," jelas Andi dalam keterangannya, Senin (17/9).
Menurutnya, PKH dan BPNT diberikan secara non tunai melalui bank untuk menjamin ketepatan sasaran dan ketepatan jumlah. Dengan demikian para penerima PKH dan BPNT memiliki rekening bank dan mulai mengenal tabungan dan belajar menabung, mengelola keuangan rumah tangga, serta mengenal produk-produk perbankan.
"Penerima bansos yang mulai membuka usaha rumahan juga diarahkan untuk mendapatkan pinjaman dari bank untuk tambahan modal usaha," kata Andi.
Dia mencontohkan, salah satu penerima manfaat PKH yang berhasil keluar dari kepesertaan program pengentasan kemiskinan karena telah mandiri secara ekonomi adalah Ni Balik Sekar (40) dari Kabupaten Gianyar, Bali.
Sekar telah graduasi mandiri dari kepesertaan PKH sejak Februari 2018. Ibu dua anak yang tinggal di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh itu menerima bansos sejak tahun 2016.
Uang PKH dimanfaatkannya untuk biaya sekolah anak. Kemudian modal usaha dipinjam dari koperasi untuk membeli dua mesin jahit dan membuka pesanan pembuatan kebaya.
Sekar juga mengambil baju dari usaha konvensi rumahan untuk dijual ke berbagai toko dan pasar di Gianyar dan sekitarnya.
Andi menambahkan bahwa Sekar adalah penerima manfaat PKH yang pertama di Gianyar yang telah graduasi mandiri.
"Dia dengan kesadaran sendiri menyatakan keluar dari kepesertaan PKH karena telah mengalami peningkatan kesejahteraan dan status kondisi sosial ekonomi," demikian Andi.
- PT Taspen Gandeng Pemkot Solo Siapkan 174 Hunian Bagi ASN
- Jelang Nataru, Mbak Ita Kerahkan Camat Turun ke Pasar
- Petani Tarub Panen Komoditas Unggulan di Kabupaten Tegal