- Percepatan Penurunan Stunting, Wakil Bupati Sukoharjo Tekankan Sinergi Lintas Sektor
- Dokter Spesialis Jemput Bola Ke Desa, 268 Warga Rembang Terlayani Program Spelling
- Sebanyak 81.454 Orang Terlayani Cek Kesehatan Gratis Di Blora
Baca Juga
Batang - Kebutuhan darah di Kabupaten Batang terus meningkat seiring makin banyaknya pasien yang bergantung pada transfusi darah untuk bertahan hidup. Di antara mereka, para penyandang talasemia menjadi kelompok yang paling rutin membutuhkan transfusi bahkan ada yang harus melakukannya setiap dua minggu sekali.
Palang Merah Indonesia (PMI) Batang menegaskan komitmennya untuk menyediakan darah yang aman dan berkualitas, khususnya bagi pasien talasemia.
Komitmen itu ditegaskan Wakil Ketua PMI Batang Putut Husamadiman saat menggelar audiensi dengan pengurus Persatuan Orang Tua Penyandang Talasemia Indonesia (POPTI) Batang di Aula PMI Batang, Kabupaten Batang, Rabu (07/05).
“Kami berkomitmen untuk menyediakan darah yang aman dan berkualitas untuk masyarakat Batang. Khususnya bagi pasien talasemia. Selain darah PRC, kami juga sudah memiliki darah Leucodepleted, yang lebih meminimalisir risiko pasca transfusi,” jelasnya.
Darah Leucodepleted adalah jenis darah yang telah disaring dari leukosit (sel darah putih), sehingga lebih aman bagi pasien yang harus rutin menjalani transfusi. Hal ini menjadi angin segar bagi para penyandang talasemia yang selama ini sering mengalami reaksi pasca transfusi.
“Untuk menjaga kestabilan stok, PMI Batang juga aktif melakukan donor darah keliling. Kami rutin melakukan jemput bola dengan menggelar donor di kantor-kantor, perusahaan, dan instansi yang ada di Batang. Tujuannya agar stok darah tetap aman,” terangnya.
Upaya PMI ini mendapat apresiasi dari kalangan medis. Dokter Spesialis Anak RSUD Batang Tan Evi Susanti yang juga pengurus POPTI Batang, menyebut darah Leucodepleted sangat membantu meringankan dampak transfusi bagi penderita talasemia.
“Untuk fungsinya memang sama untuk menaikkan hemoglobin, tetapi kelebihannya Leucodepleted itu efek reaksi transfusinya lebih sedikit. Pasien lebih enak, ketimbang ditransfusi dengan PRC biasa,” tuturnya.
Dari data POPTI Batang, saat ini tercatat 41 penyandang talasemia di wilayah tersebut, 27 di antaranya adalah anak-anak. Artinya, kebutuhan darah bukan sekadar kebutuhan medis, tetapi menjadi bagian dari perjuangan hidup sehari-hari bagi mereka.
Tan Evi menyebutkan, dengan adanya sinergi antara pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, rumah sakit, dan PMI, harapan besar pun muncul bagi keberlangsungan pengobatan pasien talasemia di Batang.
“Kami harap para pasien talasemia dan keluarga bisa terus bersemangat untuk berobat. Sinergi ini akan terus kita jaga demi membantu mereka,” ujar dia.
- Kapolrestabes Silaturahmi Dengan FKPM Da’i Kamtibmas, Perkuat Sinergi Untuk Semarang Kondusif
- TP PKK Batang Sosialisasikan Gemar Makan Ikan
- Dandim 0721/Blora: Ajak Insan Pers Sinergi Dan Dukung Publikasi Inbox