Perkembangan dunia era digital memperlihatkan partisipasi dan kepemimpinan anak muda di berbagai sektor yang semakin meningkat. Dengan jumlah demografi yang membesar tak bisa dihindari pengaruh dan peran anak muda di Indonesia juga semakin kuat.
- KPU Kabupaten Tegal Gelar Rapat Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara
- Ambil Formulir Pendaftaran Cawagub di PDIP Jateng, Riyanta Tegaskan Ingin Benahi Infrastruktur
- Biarkan JK Pensiun, Jangan Dipaksa Jadi Cawapres
Baca Juga
Setidaknya pengaruh dan peran anak muda itu akan terjadi pada pada Pilpres dan Pileg 2019 mendatang, di mana suara pemilih muda berkisar 40 persen.
Pegiat gerakan kewirausahaan sosial, Dimas Oky Nugroho berharap bonus demografi populasi usia produktif dapat digunakan secara optimal dan dijadikan menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan politik Indonesia.
Dimas yang juga dikenal sebagai pengamat politik ini mengatakan persepsi dan pemahaman terhadap para calon presiden dan wakil presiden yang bertarung pada Pilpres 2019 di kalangan pemilih muda harus menjadi fokus perhatian Jokowi sebagai capres petahana dan Prabowo sebagai capres penantang.
Persepsi inilah, yang nantinya akan menjadi dasar pengambilan keputusan-keputusan politik anak muda saat hendak mencoblos," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (27/8).
Dimas menjelaskan terdapat sejumlah pertimbangan yang khas anak muda era digital dalam mengambil sebuah keputusan politik untuk memilih calon yang mereka percaya. Faktor persepsi kedekatan, komunikasi dan gaya yang simbolik anak muda kekinian bisa saja menjadi faktor.
Namun yang terpenting di mata anak muda sebenarnya adalah faktor ketersediaan kebijakan riil yang pro penguatan pemberdayaan anak muda.
"Dalam hal produksi kebijakan, jika jeli, Jokowi sebagai petahana memiliki potensi keterpilihan yang lebih besar oleh anak muda," ujar Dimas yang bertemu dengan komunitas-komunitas kreatif Kota Padang, Sumatera Barat akhir pekan lalu.
Dimas menjelaskan meski Jokowi lebih berpeluang mendapatkan kepercayaan politik dari pemilih muda. Namun ia mengingatkan sosok capres pesaingnya Prabowo dan cawapres Sandiaga Uno memiliki daya tarik pula di mata anak muda.
Jokowi, kata Dimas, dapat menggunakan kebijakan yang populis di mata anak muda khususnya di bidang pendidikan, kewirausahaan dan pariwisata serta kelautan.
"Pendekatan simbolik pencitraan sebaiknya ditinggalkan karena meski dianggap kerap simplifikatif namun generasi milenial era digital ini sesungguhnya memiliki pertimbangan objektif yang bijak dalam melihat kiprah dan ketulusan para calon pemimpin," tambah Dimas yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Kantor Kepresidenan ini.
Dimas lebih lanjut menilai Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu daerah yang cepat tanggap dalam merespon arah zaman dan bonus demografi ini selain Jawa Timur. Ia menunjuk terpilihnya sejumlah kepada daerah muda seperti di Kabupaten Dharmasraya dan Kota Padang Panjang baru-baru ini. Harapannya kepala daerah muda ini harus bisa konsisten membuat kebijakan-kebijakan yang progresif membenahi kualitas pelayanan publik dan memperkuat keterlibatan anak muda dalam proses pelaksanaan pemerintahan kelak.
Sementara, Wali Kota terpilih Padang Panjang, Fadly Amran, mengatakan meningkatnya partisipasi dan peran anak muda usia produktif ini tentunya menguntungkan Indonesia.
"Banyaknya anak muda yang mau bekerja dan memberikan prestasi bagi bangsa ini tentunya harus segera diakomodir dan difasilitas kepentingannya. Mereka harus diarahkan untuk kemajuan bangsa dan negaranya," ujar Fadly.
- Ketua Partai Nasdem Dandan Febri Pastikan Maju Pilwakot Salatiga 2024
- Peminat Maju Calon Bakal Bupati: Sudah 3 Orang Ambil Blangko Formulir PDI-P Blora
- KPU Kota Semarang: Logistik Pemilu Rusak Akan Diganti