Sesekali mata Wanoro (72) petani asal Desa Rowosari, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, melirik pompa air berbahan gas yang baru diterimanya saat mengobrol. Ia bercerita sudah mempunyai rencana dengan pompa air Berbahan Bakar Gas (BBG) itu.
- Investor Wajib Laporkan Peningkatan Investasi pada Pemkot Semarang
- Kementan Sukses Turunkan Harga Telur, Sekarang Giliran Daging Ayam
- Akui Bebani Negara, Ketua Kadin Jateng Setuju Batasi BBM Subsidi untuk Mobil Mewah
Baca Juga
"Pulang dari sini langsung saya pasang di sawah. Biar saya bisa nanam padi lagi," kata pria itu, belum lama ini.
Ia berbincang dengan RMOL Jateng di Kantor UPTD Balai Benih Padi, Palawija dan Unit Penanganan Pascapanen (UP3), Jl Sultan Agung No.3, Sambong, Kabupaten Batang.
Wanoro merupakan satu dari 350 petani di Kabupaten Batang yang mendapat pompa air BBG dari Pertamina Patra Niaga, kementrian ESDM dan DPR RI. Pompa air itu merupakan bagian dari program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke BBG.
Sejumlah Petani mengambil bantuan pompa air BBG dari Kementrian ESDM, Pertamina dan Komisi VII DPR RI.
Ia bercerita sudah hampir dua bulan tidak menanam padi. Selain karena kekeringan, pompa air BBM milik Wanoro juga rusak.
Kini, dengan pompa air BBG, ia sudah berani 'nandur pari' (menanam padi) lagi. Meski hanya bisa menanam 1.000 M2 hingga 2.000 M2 dari total luasan 0,5 hektare sawahnya.
"Saya tanya tadi katanya pompa air BBG ini lebih irit. Kalau pompa saya sebelumnya, butuh 20 liter bensin (BBM) untuk 1 hektare sawah, itu kalau pertalite habis Rp 200 ribu," cerita kakek.
"Tapi kalau pompa BBG, habisnya paling dua tabung gas melon gak habis. Itu kan paling cuma sekitar Rp 50 ribu," lanjutnya.
Deretan pompa air berbahan gas di kantor UPTD Balai Benih Padi, Palawija dan Unit Penanganan Pascapanen (UP3), Jl Sultan Agung No.3, Sambong, Kabupaten Batang.
Wanoro bercerita kebutuhan BBM Pompa airnya memang banyak karena jauhnya lokasi sumber air dengan sawahnya. Selain berjarak 300 meter, sawahnya juga berada di tanjakan.
Petani lain, Marmin (72) juga turut bersemangat untuk segera kembali menanam padi. Sama dengan Wanoro, Marmin mendapat pompa air BBG gratis dari pemerintah.
"Senang, bungah, gak pernah kepikiran bisa dapat ini. Soalnya pompa air saya juga rusak yang kemarin. Lumayan bisa buat nanam," ujarnya.
Keduanya bagian dari program Pendistribusian Paket Konversi BBM ke BBG untuk Mesin Pompa Air Bagi Petani Sasaran Tahun Anggaran 2023 di Kabupaten Batang. Kegiatan itu merupakan program kerjasama antara Kementrian ESDM, Pertamina dan Komisi VII DPR RI.
Tiap petani mendapat satu paket lengkap mulai dari pompa air, converter, selang hingga tabung gas 3 Kg.
Pertama Kali di Batang
Program konversi BBM ke BBG untuk petani baru pertama kali dilakukan di Kabupaten Batang. Total ada 350 petani yang beruntung mendapat paket pompa air BBG.
Hal itu disampaikan Dayus Assegaf, selaku staf analisa alat dan mesin pertanian, Bidang Tanaman Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang. Ia bertugas mendampingi program konversi itu sejak awal hingga sampai di tangan petani.
"Ini baru pertama kalinya di Kabupaten Batang. Karena kuota terbatas, kami melakukan seleksi pada petani yang benar-benar membutuhkan," katanya.
Ia memastikan bahwa pembagian pompa air BBG itu merata untuk seluruh Kecamatan. Lalu para penerima harus memenuhi syarat mutlak yaitu memiliki kartu tani, KK, sertifikat lahan, KTP, serta pompa air lama berbahan BBM.
Dayus mengungkapkan bahwa bantuan itu datang di saat yang tepat. Sebab dalam dua bulan ini, banyak lahan pertanian di Kabupaten Batang yang kekeringan.
Ditambah lagi, mayoritas sumber air di Kabupaten Batang berada di bawah permukaan lahan pertanian. Ketika air di saluran irigasi kering, maka satu-satunya cara adalah memompa agar air naik ke lahan pertanian.
"Cuaca sekarang tidak bisa diprediksi. Ini kan El Nino dan katanya kekeringan 3-4 bulan masih kering. Kalaupun hujan belum tentu deras atau debit kecil," jelasnya.
Dayus menyebut bahwa kondisi lahan pertanian yang mengalami kekeringan lebih banyak di wilayah Pantura. Mulai dari Kecamatan Warungasem (Batang paling barat) hingga Kecamatan Gringsing (Batang paling timur).
Pihaknya mengakui bahwa idealnya seluruh petani saat ini punya Pompa Air BBG. Sebab bisa mengirit biaya operasional petani.
Untuk Kabupaten Batang, saat ini jumlah petani mencapai 70 ribu. Lalu lahan sawah dilindungi mencapai 15 ribu hektare dan lahan pertanian lainnya 20 ribu hektare.
Pada musim kemarau saat ini, sekitar 30 persen lahan pertanian dalam kondisi kekeringan.
"Katanya kalau pakai pompa air BBM, satu liter bisa dua jam. Kalau BBG satu jam bisa 3-4 jam. Costnya rendah," jelasnya.
Dayus merasa berterima kasih pada Kementrian ESDM, anggota DPR RI Komisi VII serta Pertamina Patra Niaga yang melaksanakan program itu. Khususnya pihak Pertamina yang mengawal sejak sosialisasi komunikasi hingga sampai ke Petani.
"Saya dengar nantinya akan ada 7 kios BBG yang akan diberikan kuota khusus untuk petani. Agar tidak mengganggu stok untuk rumah tangga," jelasnya.
Sasar Ribuan Petani
Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho menyebut Konversi BBM ke BBG dilaksanakan di provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai sejak Agustus dan September 2023.
"Ada dua sektor konversi BBM ke BBG yaitu petani sasaran dan nelayan sasaran," katanya.
Ia menjelaskan sasaran LPG Subsidi sudah tertuang dalam peraturan presiden (Perpres) no 204 tahun 2007 dan Perpres no 38 tahun 2019. Total ada empat pengguna LPG 3 Kg subsidi yaitu rumah tangga, usaha mikro, nelayan dan petani.
Untuk rumah tangga tentunya untuk rumah tangga miskin. Kemudian usaha mikro yang berada di bawah level kecil menengah dan besar.
"Nelayan yang berhak adalah nelayan memiliki kapal penangkap ikan kecil lebih kecil atau sama dengan 5 GT dengan motor tempel atau motor internal yang beroperasi tiap hari dengan output daya 13 HP. Petani kecil dengan plot tanah lebih kecil dengan 0,5 hektare," jelasnya.
Penentuan konversi jumlah konversi ditentukan oleh kementrian ESDM berdasarkan rekomendasi pemerintah daera. Untuk nelayan, hasil rekomendasi dinas perikanan setempat. Untuk petani berdasarkan dinas pertanian setempat.
Jumlah nelayan sasaran konversi BBM ke BBG di daerah Jateng-DIY sejumlah 902 orang. Sementara untuk petani adalah 5.975 orang.
Kebutuhan tabung LPG baru plus isi untuk nelayan yaitu dua tabung per nelayan. Jadi pihaknya menyalurkan 1.804 tabung LPG 3 Kg bersubsidi. Sedangkan, untuk petani sasaran hanya satu tabung per orang.
Program konversi terus berjalan berdasarkan koordinasi dari Kementrian ESDM. Pertamina Patra Niaga ditunjuk sebagai pelaksana untuk konversi tersebut yang kemudian berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
"Penggunaan BBG itu sendiri punya beberapa manfaat karena itu terus diperluas. Pertama LPG lebih murah dari pada BBM per liternya. Dan dapat menghemat biaya operasional 30 hingga 50 persen," urai Brasto.
Kedua perangkat mesin lebih mudah dan awet. Ketiga aman bagi pengguna. Keempat emisi karbon lebih rendah karena rantai karbon bahan bakar gas lebih pendek dibanding BBM.
"Kelima meningkatkan perekonomian nelayan dan petani karena dibagikan kepada yang berhak," jelasnya.
Ia menyebut dstribusi LPG tentunya berdasarkan kuota dari Kementrian ESDM. Pada 2023 ini berdasarkan keputusan menteri ESDM no 12.k/HK.02/DJM/2023. Pendistribusian berdasarkan kuota melalui agen, sub agen maupun pangkalan.
"Untuk LPG Subsidi di pangkalan harus pakai NIK. Sehingga konsumen akan terdata secara digital. Sehingga dengan pendataan secara online, kami saat ini bisa melihat transaksi konsumen berapa, per bulan berapa. Tentunya bisa jadi masukkan untuk pengambilan kebijakan pemerintah," pungkasnya.
- Harry Nuryanto Akan Jadikan Kadin Jateng Go Internasional
- Solo Light Festival dan Kampung Ramadhan Hingga Pasar Takjil Semarakkan Bulan Suci di Kota Solo
- Jelang Lebaran, Pj Wali Kota Tegal Kolab Dengan Bank Indonesia Sidak Di Pasar Kejambon