Seorang wirausahawan perlu memiliki pandangan ke depan, mau bertindak dan berdampak.
- BI Solo buka Layanan Tukar Uang Baru Emisi 2022, Ini Syaratnya
- Dukung Optimalisasi Perekonomian Desa, Tim KKN UNDIP Gelar Pelatihan Pemasaran Digital bagi Warga Desa Juron
- Banjir dan Awal Ramadan Pengaruhi Harga Bahan-bahan Pokok Di Semarang
Baca Juga
Pesan dan tips ini, dilontarkan Co-founder & Chief Marketing Officer (CMO) SASC Cosmetics, Priscilla Pangemanan saat membagikan ilmunya menjadi seorang wirausahawan, dalam webinar virtual yang diselenggarakan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Kamis (18/11).
Kegiatan ini, sebagai rangkaian Pentas Inovasi Mahasiswa (PIM) UKSW adalah Ir. Lieli Suharti, MM., Ph.D. Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UKSW yang turut berbagi kiat-kiat menjadi sociopreneur.
Kegiatan ini, diikuti 650 peserta webinar bertema Building a Thriving Social Enterpreneur.
Disampaikan perempuan kelahiran Semarang tiga puluh empat tahun silam ini, bahwa menjadi wirausahawan tidak sekedar membangun bisnis tetapi kita juga harus memberi dampak bagi orang lain.
"Menjadi wirausahawan yang berdampak disini maksudnya dapat mencapai financialy stable dan dapat menciptakan jalan keluar pada masalah sosial. Pada industrI kosmetik yang kami bangun ini kami juga ingin memberi manfaat bagi masyarakat," ujar Priscilla.
Diakuinya, selama ini menjadi seorang wirausahawan merupakan hal yang sangat menantang. Namun semenjak pandemi Covid-19 dirinya merasa seakan-akan semua di-restart karena banyak bisnis lama yang jatuh, namun muncul bisnis-bisnis baru bermunculan.
Menurutnya, menjadi seorang wirausaha seharusnya dapat dilihat sebagai peluang bagi para generasi muda.
"Terkait menjalankan sebuah bisnis yang juga berdampak bagi lingkungan sosial atau yang lebih dikenal dengan sociopreneur (Social Enterpreneur)," terang wanita yang pernah dinobatkan sebagai Best Inspiring & Creativity Women Award 2018 dari Indonesia Achievement Programme Management Award.
Meski demikian, ia pun menyebut antara sociopreneur memiliki perbedaan dengan perbuatan amal.
Pada dasarnya, seorang wirausaha diperlukan hasrat yang kuat dan dapat dimulai dengan membuat perubahan di komunitas-komunitas kecil.
"Perbedaan mendasar ada pada waktu dan cara melakukanya, apabila amal atau CSR merupakan kegiatan amal setelah perusahaan mendapat profit namun jika pada sociopreneur sejak awal memang sudah berkomitmen membuat kolaborasi dengan komunitas-komunitas untuk menciptakan sumberdaya baru dan akan menanamkan kemandirian pada mitra," imbuhnya.
- 3.290 Bidan Dipastikan Berkompeten Pasang KB IUD dan Implan
- Disdagperinaker Karanganyar Gelar Pelatihan Melinting
- Jemput Bola Beri Latihan ke Desa, Upaya Dinnakerind Atasi Pengangguran