- 1500 Dosis Vaksin Moderna Didisbrusikan di Kecamatan Gayamsari
- PDHI Cabang Jateng V Gelar Seminar Penanganan Dan Pengobatan Hewan Eksotis
- DKK Semarang Gunakan E-Kupon untuk Vaksin Covid-19
Baca Juga
Harapan baru muncul bagi keluarga dan anak-anak di Kabupaten Batang. Pemerintah tengah mempersiapkan program skrining talasemia secara gratis di seluruh puskesmas.
Program ini bertujuan mendeteksi dini penyakit genetik yang bisa mengubah hidup seorang anak dan bahkan menentukan masa depannya sejak dini.
Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orang tua dan memaksa penderitanya menjalani transfusi darah seumur hidup.
Tragisnya, jika dua pembawa sifat menikah, peluang anak mereka menderita talasemia mayor sangat besar. Karena itu, skrining menjadi kunci penting untuk memutus mata rantai penyakit ini.
“Program skrining talasemia ini akan dilakukan gratis. Padahal biasanya biaya skrining bisa mencapai Rp550 ribu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Batang Didiet Wisnuhardanto, saat ditemui di Kantornya, Senin (5/5).
Namun, pelaksanaan skrining masih menunggu kiriman alat dan bahan dari Kementerian Kesehatan.
“Alatnya ada foto meter dan Hematoanalyzer, beberapa Puskesmas kita sudah memilikinya. Tapi bahan medis habis pakai seperti reagent masih menunggu drop dari Kemenkes,” jelasnya.
Sebagai langkah awal, Puskesmas akan melakukan skrining anemia terlebih dahulu menggunakan rapid test hemoglobin (HB). Jika ditemukan indikasi anemia, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan menggunakan alat laboratorium.
“Yang menarik, sasaran utama dari skrining ini adalah anak-anak kelas 7 SMP. Program ini terintegrasi dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar setiap tahun ajaran baru,” ungkapnya.
Menurut Didiet, kelas 7 dipilih karena pada usia ini informasi mengenai status kesehatan anak lebih akurat untuk dilakukan intervensi dini. Informasi dari Kemenkes, paling efektif memang dilakukan pada anak kelas 7. Karena itu, nanti pihak Puskesmas akan datang langsung ke sekolah atau jemput bola.
“Tidak hanya anak SMP, ke depan skrining juga akan menyasar anak-anak usia 6 tahun. Prosesnya pun sudah terintegrasi dengan sistem digital. Hasil laboratorium akan muncul dalam bentuk rapor kesehatan yang dikirim ke orang tua atau wali murid melalui nomor WhatsApp, NIK, maupun kontak guru sekolah,” terangnya.
Didiet menyebutkan, kalau ada kendala NIK atau KTP, nanti kita tetap bisa terbitkan rapornya. Nomor telepon orang tua atau guru akan digunakan untuk mengirimkan hasilnya.
Dinas Kesehatan juga sedang menghitung berapa jumlah siswa yang akan menjadi sasaran awal program ini dari total 21 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Batang.
Data awal skrining anemia akan menjadi dasar untuk menentukan siapa saja yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.
“Kita mulai dulu dengan rapid-nya. Kalau dari situ ketahuan anemia, langsung lanjut dengan pemeriksaan darah lengkap saat reagent datang. Lewat program ini, Kabupaten Batang bergerak serius dalam upaya mencegah lahirnya generasi baru penderita talasemia. Deteksi dini adalah langkah kecil, tapi dampaknya bisa menyelamatkan masa depan ribuan anak,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Talasemia Indonesia (POPTI) Batang Nety Widjayanti membuka, fakta bahwa hingga kini sudah ada 41 penyandang talasemia yang terdata di wilayahnya.
Dari jumlah itu, 27 merupakan anak-anak, sementara 14 sisanya adalah orang dewasa. Namun, ia menegaskan bahwa angka itu belum mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
Data tersebut bukan menjadi rujukan karena kasus talasemia ini merupakan fenomena gunung es.
“Fenomena gunung es yang dimaksud adalah banyaknya kasus talasemia yang belum terdeteksi. Sebagian masyarakat mungkin belum menyadari bahwa mereka membawa gen pembawa talasemia, sehingga risiko menikah sesama pembawa sifat sangat besar dan berpotensi melahirkan anak dengan talasemia mayor,” tuturnya.
Wilayah dengan jumlah penyandang terbanyak saat ini adalah Kecamatan Bandar, dengan total 12 orang. Sisanya tersebar di 14 kecamatan lainnya di Kabupaten Batang.
Di tengah kenyataan tersebut, Nety menyambut baik langkah pemerintah yang meluncurkan program skrining talasemia secara massal dan gratis melalui Puskesmas. Ia menyebut langkah itu sebagai harapan baru bagi generasi mendatang.
“Saya sangat mengapresiasi program skrining talasemia yang digagas pemerintah, karena ini adalah upaya konkret untuk mendeteksi dini dan memutus mata rantai talasemia,” ujar dia.
Melalui skrining ini, diharapkan tidak ada lagi pasangan yang tidak menyadari bahwa mereka sama-sama pembawa sifat talasemia. Sehingga ke depan, keputusan untuk menikah pun bisa diambil dengan informasi kesehatan yang lengkap dan tepat.
“Langkah ini bukan hanya soal kesehatan, tapi soal masa depan. Masa depan anak-anak yang seharusnya bisa bermain dan belajar tanpa harus bergantung pada transfusi darah seumur hidup,” pungkasnya.
- Pemkot Pekalongan Canangkan Gerakan Sekolah Kelola Sampah
- Program Jemput Bola Terintegrasi, Permudah Adminduk
- Menteri PKP Cek Fasilitas Rusun Industropolis Batang