Kemiskinan dan pendidikan bukanlah faktor-faktor yang menyebabkan tindak radikalisme di masyarakat.
- SMA Kemala Taruna Bhayangkara, Siapkan Generasi Unggul Penjaga Cita-Cita Bangsa
- Kenalkan Peer Teaching Untuk Menumbuhkan Reading habit dan Saling Bantu Dalam Belajar
- Puluhan Guru Ngaji di Blora Ikuti Sertifikasi Metode Ummi
Baca Juga
Begitu dikatakan Direktur Wahid Foundation, Yenny Zannuba Wahid dalam Diskusi Publik Wahid Foundation 'Setelah Mako Brimob dan Bom Surabaya' di Rumah Pergerakan Gus Dur, Pegangsaan, Jakarta, Selasa (15/5).
"Jadi selama ini yang diasumsikan bahwa kemiskinan dan pendidikan itu sebagai faktor-faktor yang menyebabkan tindakan radikalisme itu ternyata tidak terbukti sama sekali, ini tidak berkolerasi," jelasnya.
Dalam amatan Yenny, faktor utama suatu tindak kriminal justru datang dari faktor individu masing-masing pribadi itu sendiri.
"Apa yang kemudian menjadikan orang itu radikal? Seperti yang dikatakan tadi, Kerentanan Individual, itu justru faktor paling besar," tambah Putri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Kerentanan individu ini datang dari perasaan gelisah atau frustasi yang kemudian mendorong mendorong pelaku radikalisme tersebut secara independen mencari jawaban.
"Jadi perasaan gelisah, tereliminasi, frustasi itu bisa menjadi suatu hal yang mendorong seseorang untuk mencari jawaban, apalagi kalau dia melihat ada persoalan ketidakadilan disekelilingnya, dan ini persoalannya bukan hanya pada kelompok-kelompok radikal agama, kelompok apapun yang merasa gelisah akan mencoba mencari jawaban di luar sana," imbuh Yenny.
Argumen tersebut ia contohkan kepada beberapa kasus umum yang terjadi pada kaum muda di mana sangat rentan mengikuti solusi pertama yang ia temui ketika dalam masa rentan secara individual tersebut.
"Misalnya seperti anak muda yang sedang mencoba mencari jadi dirinya, merasa frustasi, kalau yang pertama ditemuinya itu adalah narkoba maka ia menjadi pecandu narkoba, kalau kemudian dia gabung dengan geng motor dan lain sebagainya, dia jadinya ikut kelompok-kelompok kriminal, nah ini kan sebenarnya sudah kerap terjadi misalnya di LA, Stockholm, atau bisa jadi aktifis kiri, sangat mungkin, itu semua jadi sarananya dia," papar Yenny.
"Tapi kalau ketemunya ustad-ustad atau orang-orang yang kemudian memberikan arahan bahwa cara menjawab kegelisahannya, cara menyelesaikan masalahnya itu dengan melalui jihad, maka jadilah dia itu radikal." tutupnya.
- Kak Seto : Harus Ada Seksi Perlidungan Anak Ditingkat RT
- Tetap Hukum Mahawiswa, Unnes Terancam Dimejahijaukan
- Kukuhkan 8 Guru Besar, Rektor Undip: Terus Berkarya dan Jaga Integritas