Ramaikan Acara 1001 Penari Nusantara, Polisi Wanita Ikut Menari

Acara 1001 Penari Nusantara dimeriahkan Sanggar Aneuk Naggroe Nusantara (Sansa) dengan menggandeng ribuan penari se-Soloraya halaman Balaikota Solo, Minggu (2/2).


Para penari berasal dari berbagai elemen masyarakat Solo. Mulai dari pelajar Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, mahasiswa berbagai kampus di kota Solo hingga Polwan dari Polresta Surakarta.

Pembina acara, Hasanul Muttaqin sebut, masing-masing perwakilan mengirimkan 20 orang untuk berpartisipasi dalam pentas budaya tarian khas Aceh. Tema yang diusung adalah Peusaboh Hatee Wareh Syedara.

"Tujuan acara ini ini adalah tukar budaya antara Jawa dan Aceh. Harapannya dengan ini kita semakin dekat dan saling mengenal budaya satu sama lain serta merupakan perwujudan dari bhineka tunggal ika," jelasnya, Minggu (2/2).

Tarian Nusantara berupa teater dan pentas kolosal yang menggabungkan gerak tari Jawa-Aceh. Beberapa tarian Aceh yang dibawakan diantaranya Tari Ratoh Jaroe, Tari Ratoh Bantai, Tari Seudati dan dari Jawa membawakan teater tanah Jawa.

Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo sangat mengapresiasi acara yang berlangsung di halaman Balaikota Solo ini. Dirinya berpesan untuk terus membudayakan dan mengembangkan seni budaya bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.

"Kita harus terus membudayakan dan mengembangkan seni budaya bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan," pesan Rudi.

Sementara itu Razali Ismail Ubit, salah satu bakal calon Wakil Walikota Solo melalui DPD PDIP Jawa Tengah yang berdarah Aceh ini menyebut pentas budaya ini sangat inspiratif.

Hal ini, lanjut Razali merupakan salah satu wujud nyata kota Solo sebagai kota budaya yang terkenal di mancanegara juga bisa menerima tradisi budaya daerah lain seperti tarian khas Aceh. Dan mereka bisa berkolaborasi bersama tanpa ada sekat yang membedakan.

"Kedepannya acara serupa, tidak harus dari Aceh kita undang untuk tampil di kota Solo," pungkasnya.