Ratusan Warga Tolak Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak

Ratusan warga Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, menolak kedatangan alat berat yang akan masuk ke dalam kampong untuk pengerjaan proyek Tol Semarang-Demak.


Aksi ini dilakukan lantaran tim pengendalian lahan belum membayar uang ganti rugi untuk pembebasan lahan terdampak proyek nasional tersebut.

Kami terpaksa hentikan dulu pengerjaannya, karena kami belum menerima hak atas pembebasan lahan yang dijanjikan," ujar Jayus, salah seorang warga Desa Sidogemah.

Penolakan dilakukan warga dengan memasang plang tuntutan dibayarkannya uang ganti rugi. Selain itu, warga pun menutup akses masuk alat berat menuju ke dalam kampung mereka.

"Surat edaran yang kami terima dari Badan Pertanahan Demak pun tidak transparan menjelaskan secara detail nilai ganti rugi rumah dan tanah yang terdampak. Pernah kita protes, malah ditakut takuti akan dibawa ke pengadilan," tambah Anton, warga lain.

Sementara itu, salah seorang pelaksana proyek Tol Semarang-Demak, Agus, mengatakan, untuk saat ini, pengerjaan awal dilakukan dengan membangun jembatan beton untuk akses keluar masuk alat berat.

Kita buat dulu akses keluar masuk alat berat menuju ke dalam kampung. Terkait aksi protes warga, kami tidak berwenang menjawab, biar atasan kami," jelasnya.

Tol Laut Semarang-Demak yang menelan Investasi sebesar 15,3 Triliun rupiah ini, diklaim pertama kali dibangun di Indonesia. Tol Semarang-Demak sendiri akan mengadopsi jalan tol di Belanda yang juga berfungsi untuk tanggul laut, sebagai solusi banjir rob di dua daerah, yakni Kota Semarang dan Kabupaten Demak.