Rembang Pasang Alat Pemantau Kualitas Udara

Stasiun Pemantau Kualitas Udara bantu aj dari Kementrian LH yang di pasang di komplek Dintanpan Rembang. Yon Daryono/RMOLJateng
Stasiun Pemantau Kualitas Udara bantu aj dari Kementrian LH yang di pasang di komplek Dintanpan Rembang. Yon Daryono/RMOLJateng

Dalam waktu dekat, Kota Rembang akan memiliki Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA). Saat ini alat tersebut dalam proses penyelesaian pemasangan. Dan ditargetkan Nopember bulan depan alat itu sudah mulai berfungsi.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rembang, Taufik Darmawan, kepada RMOLJateng Jumat (1/11), menjelaskan bahwa SPKUA ini merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup. 

Alat pemantau kualitas udara tersebut ditempatkan di lingkungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dintanpan) Jln Pemuda Rembang.

“Dari empat lokasi yang kami survei kemarin, yang memenuhi kriteria untuk penempatan alat pemantau adalah di lingkungan Dinas Pertanian Kabupaten Rembang,” jelas Taufik.

Dia menambahkan, progres pembangunan SPKUA saat ini sudah mendekati 90%. Seluruh peralatan utama sudah terpasang, hanya tinggal pemasangan peralatan pendukung untuk memenuhi kebutuhan operasional.

“Sekarang sedang pemasangan atap dan AC. Pemasangan konstruksi sudah berlangsung selama dua bulan,” terang Taufik.

Meski stasiun pemantau kualitas udara berada di lingkungan kantor Dintanpan Rembang, monitor untuk memantau status kualitas udara tetap ditempatkan di kantor DLH Rembang yang jaraknya sekitar satu kilo meter di selatan Dintanpan.

“Jadi, kami bisa memantau kondisi kualitas udara Kabupaten Rembang secara real-time, dan itu langsung terhubung dengan server Kementerian LH di Jakarta. Jadi kita bisa mengetahui status udara di Kabupaten Rembang, apakah baik atau buruk, dari alat tersebut,” bebernya.

Taufik memperkirakan alat tersebut akan mulai beroperasi pertengahan November. Beberapa waktu lalu juga dilakukan percobaan untuk memastikan alat ini sesuai dan akurat.

“Itu melalui trial and error, umumnya berlangsung selama tiga bulan sampai alat tersebut benar-benar stabil,” pungkas Taufik.