Ada banyak cara dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan. Salah satunya, seperti di Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan, Jepara. Masyarakat menggelar pementasan seni teater menjelang bulan puasa.
- Tahun Naga Kayu: Diharapkan Muncul Pemimpin Baik Dan Berwibawa
- Sambut Ramadan, Warga Sempatkan Nyadran, Ziarah Makam, Dan Tradisi Ruwah
- Reog Ponorogo Ditetapkan UNESCO Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Baca Juga
Kali ini, suguhan seni peran itu menghadirkan Teater Asa Semarang dengan lakon ‘Sintren’ dan Wayang Rotan Komunitas Pojok Kidul ‘Mbangun Karang Taruna’. Acara dibuka dengan musik mokong sosial dari Teater Asa disambung dengan Komunitas Pojok Kidul. Komunitas asal Jepara sendiri ini menyuguhkan eksplorasi wayang dengan teater.
Kepala Desa Kendengsidialit, Kahono Wibowo menuturkan, baru kali ini desanya ada pementasan teater. Banyak warga yang penasaran dengan teater.
"Tahunya warga ya ketoprak, wayang kulit. Tapi kalau teater warga penasaran seperti apa. Jadi acara sangat ramai," ujarnya, Senin (14/5).
Selain memasyarakatkan teater, kegiatan ini juga untuk menyambut kedatangan Bulan Ramadan. "Kebahagiaan warga menyambut Ramadan diperlihatkan dalam kerukunan. Salah satunya berbaur dalam acara kali ini," paparnya.
Sutradara ‘Sintren’, Tufa Tomket mengaku, pementasan kali ini merupakan program pentas merakyat Teater Asa. Penggarapan kali ini dipentaskan dua kali yakni di Undaan Kudus dan kedua di Desa Kendengsidialit.
"Teater tidak hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Dari situ kami ada program pentas merakyat untuk mendekatkan kepada masyarakat," ucapnya.
Tufa menerangkan lakon ‘Sintren’ ini bercerita tentang seorang kepala desa menyamar sebagai banci untuk mendaftarkan diri menjadi anggota karang taruna bersama pemuda desa lainnya. Tidak ada rasa curiga dari panitia saat ia datang ke tempat pendaftaran.
Tahapan demi tahapan dilaksanakan. Mulai dari pendaftaran, pelatihan hingga pelantikan anggota baru. Nah, di tengah eforia anggota baru, penyamaran kepala desa terbongkar. Rambut palsunya copot dan wajah aslinya dikenali.
Ia pun mengutarakan keseriusan karang taruna untuk membangun pemuda desa. Imbalannya, kepala desa segera membangunkan sanggar," terang dia.
Tak kalah menarik, lakon ‘Sintren’ Teater Asa juga membuat ribuan warga enggan geser dari halaman balaidesa, tempat acara. Selama satu jam, pementasan besutan Tufa Tomket ini mencoba memdekatkan teater dengan masyarakat.
Piranti panggung dibuat sangat sederhana, pemain ilustrasi musik juga berperan sebagai aktor. Tak ada batas antar elemen pementasan. Bahkan penonton juga sering berkomunikasi dengan aktor.
Sementara, Sutradara Wayang Rotan Komunitas Pojok Kidul, Big Handy menambahkan, wayang rotan adalah kesenian yang menjadi hiburan alternatif bermuatan edukasi.
"Kami mencoba memberikan pandangan kepada masyarakat terkait isu-isu kekinian atau yang latak diangkat. Dalam latihan, biasanya kami lebih banyak berdiskusi. Selebihnya improvisasi," tandasnya.
- Hari Bumi: Puluhan Santri Di Temanggung Bebersih Sungai Dan Tebar Ribuan Ekor Benih Ikan Nilem
- Walikota Semarang Tegaskan Tak Ada Kaum Minoritas dalam Memeluk Agama dan Kepercayaan
- Raih Penghargaan Pemerhati Wayang, Irwan Hidayat: Semarang Kaya Budaya, Potensial Saingi Bali