Sang Singa Yang Terpilih Sebagai Gembala Umat

Paus Leo XIV Memberkat Kota Dan Dunia Dalam Penampilan Pertamanya Di Lapangan Santo Petrus, Jumat (09/05). VaticanNews
Paus Leo XIV Memberkat Kota Dan Dunia Dalam Penampilan Pertamanya Di Lapangan Santo Petrus, Jumat (09/05). VaticanNews

Vatican - “Habemus Papam!” Dengan pengumuman di balkon Istana Apostolik oleh Kardinal Proto-Deacon, Kardinal Dominique Mamberti, dari balkon Istana Apostolik Santo Petrus tersebut, maka umat Katolik memiliki Gembala baru yang meneruskan tugas Kerasulan Petrus di dunia pada Jumat (09/05) pukul 00.20 WIB atau 19.20 waktu setempat. Redaksi RMOLJawaTengah mengikuti pengumuman tersebut melalui streaming YouTube.


Konklaf yang diselenggarakan dua hari itu telah memilih Paus Leo XIV, seorang berkebangsaan Amerika yang berusia 69 tahun dan merupakan Uskup Chicago, sebagai pewaris Tahta Suci Vatikan. Robert Francis Prevost selama ini telah melayani di Ordo Agustinus, sebuah tarekat yang menekankan pada pentingnya cinta, keharmonisan, dan kerendahan hati.

Di antara riuh rendah para jemaat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Leo XIV memberikan sambutan pertamanya dengan kalimat yang menyatukan umat kristiani. “Kita semua adalah murid Kristus. Kristus telah menunjukkan kepada kita, dan dunia membutuhkan terangNya. Kemanusiaan membutuhkanNya sebagai sebuah jembatan demi mencapai Tuhan dan kasihNya,” ujarnya.

Lahir di Chicago, Illinois pada 14 September 1955, Robert Francis Prevost adalah putra dari Louis Marius Prevost yang memiliki keturunan Prancis dan Italia dengan ibu Mildred Martinez yang memiliki darah Spanyol. Dengan latar belakang tersebut tidak heran tadi malam dalam sambutan pertamanya ia menggunakan bahasa Italia, bahasa Spanyol dengan sangat fasih. Kemampuannya berbahasa Latin juga terasah karena ia sangat terdidik sebagai seorang imam Katolik.

Prevost memiliki pendidikan tinggi dan beragam. Ia mengikuti pendidikan di Minor Seminary of Augustinian Fathers di Chicago. Ia memiliki gelar Sarjana Matematika dari Universitas Villanova, dimana ia juga menekuni bidang filosofi. Ia pun mendapatkan gelar magister di bidang teologia di Universitas Katolik, (Catholic Theological Union). Selanjutnya ia meraih gelar doktorat Hukum Kanon Kekatolikan di Universitas Santo Thomas Aquinas (Angelicum) di Roma. Yang mengagumkan adalah, Prevost menyusun disertasinya saat ia sibuk dalam pelayanan di Chulucanas, Piura, Peru selama 2 tahun.

Tulisan mengenai nama kepausan dan sejarahnya dapat dibaca pada tautan berikut:

Paus Baru: Mau Memilih Nama Kepausan Apa?

Sejarah hidupnya memang banyak melayani Amerika Latin dan berkutat dalam masalah keuangan. Ia ditunjuk sebagai Uskup Chiclayo oleh Paus Fransiskus pada 2015. Pada tahun 2018, juga diangkat sebagai wakil presiden dari Konferensi Episkopal Peru dimana ia juga membantu Dewan Ekonomi dan selanjutnya menjadi presiden dari Komisi Kebudayaan dan Pendidikan.

Awalnya, ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mendiang Paus Fransiskus karena melayani pada kawasan yang sama yakni Amerika Latin. Tetapi semakin lama, hubungan mereka menjadi lebih dekat lagi karena kesamaan visi. Akhirnya Paus Fransiskus yang berasal dari Argentina menunjuk Prevost sebagai Administratur Apostolik untuk Keuskupan Peru di Callao pada tahun 2020 setelah sebelumnya melayani sebagai anggota dari Kongregasi Uskup.

Selanjutnya pada tahun 2023, Paus Fransiskus memanggilnya ke Roma untuk menjabat Pemimpin (Prefek) dari Diskateri Para Uskup dan menjadi Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, dengan demikian meningkatkan posisinya sebagai seorang Uskup Agung. Tugasnya sebagai Prefect Para Uskup adalah untuk memastikan para kandidat uskup yang terpilih adalah mereka yang memahami doktrin gereja, pelayanan jemaat dan kesetiaan dan kepatuhan kepada pengajaran Gereja.

Setahun kemudian, pada 2024, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Kardinal dan menugaskannya untuk melayani ke Diakonat Santa Monika.

Pilihan nama kepausannya, yakni Leo XIV, menunjukkan tekadnya untuk melindungi umatnya dengan kemampuannya. Sebagaimana telah disebutkan, nama Leo selalu merujuk kepada para Paus yang memiliki keberanian bak singa, sang Raja Hutan. Leo, atau singa dalam bahasa Indonesia, mengacu kepada gelar Singa dari Yehuda yang merupakan salah satu dari gelar Yesus di dalam tradisi kekristenan berdasarkan nubuatan dalam salah satu pasal Kitab Mazmur yang diciptakan oleh Raja Daud.

Prevost Saat Melayani Di Peru. Sachin Jose