Sekolah Dalam Cegah Tawuran Dan Gangster, Disdik Kota Semarang: Sanksinya Harus Tegas, Satu Kali Ditangkap, Skorsing! 

Tawuran Gangster Dilakukan Anak-Anak Remaja Dan Pelajar Makin Meresahkan Masyarakat Kota Semarang. Tangkapan Layar/Dicky A Wijayaa/RMOLJawaTengah
Tawuran Gangster Dilakukan Anak-Anak Remaja Dan Pelajar Makin Meresahkan Masyarakat Kota Semarang. Tangkapan Layar/Dicky A Wijayaa/RMOLJawaTengah

Dinas Pendidikan Kota Semarang akhirnya ikut memberikan komentar terkait maraknya kasus gangster dan tawuran remaja pelakunya sebagian pelajar yang sering terjadi khususnya malam Minggu. 


Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto, menjelaskan pihaknya sebenarnya selama ini telah rutin menjalin komunikasi dengan jenjang pendidikan di bawahnya membahas hal itu.

Namun, secara kewenangan dikembalikan lagi jadi tugas sekolah sebagai institusi pendidikan. 

"Walaupun kasusnya sudah sering, kita tegaskan sekolah yang mempunyai wewenang. Jika dari Dinas Pendidikan langsung, sama artinya kita yang mengambil wewenang institusi pendidikan. Kita sudah meminta agar pelaku kriminalitas karena itu sudah termasuk agar diberikan sanksi tegas," jelas Bambang, Kamis (20/06). 

Pihak sekolah jenjang pendidikan atas SMK dan SMA sudah mendapatkan arahan tertulis dari Dinas Pendidikan Kota Semarang, kata Bambang, agar memberikan sanksi tegas siswanya jika terlibat.

Termasuk, koordinasi dengan kepolisian juga terjalin baik demi pencegahan. 

"Kami harapkan sekolah bisa benar-benar tegas menindak siswanya jika terlibat tawuran. Sekali saja terlibat ketahuan, sanksinya jangan cuma teguran. Bisa dipanggil, orang tua dihadirkan, atau berikan skorsing. Dengan kepolisian, kami selalu koordinasi dengan baik dan tindak lanjutnya ada sosialisasi ke sekolah, jajaran kepolisian memberikan edukasi pencegahan ke siswa secara langsung. Serta, kerja sama membentuk Satgas sudah mulai jalan, hasilnya juga lumayan efektif dalam pencegahan," jelas Bambang. 

Namun, melihat kasus gangster makin meresahkan masyarakat, Bambang juga mengungkap, jika ternyata pelaku tawuran sebagian banyak bukan dari pelajar saja.

Pelaku kebanyakan juga dari masyarakat biasa isinya para pemuda sengaja berbuat onar, tindakan dan perbuatan meresahkan dilakukan memiliki maksud dan tujuan tertentu. 

"Pelajar ada, tapi setelah kita pelajari dan selidiki melalui Satgas, malah pelakunya ternyata sebagian besar masyarakat. Jika pelajar jadi pelaku, kita sudah tegaskan berkali-kali terkait sanksinya. Motif dibalik tawuran dan perbuatan itu, tujuannya ada. Demi memprovokasi gang lain dan membuat masyarakat resah. Kita pastikan akan selalu rutin dalam menjalin koordinasi dengan kepolisian di dalam penegakkan hukum dan pencegahannya agar tidak semakin meresahkan masyarakat," kata Bambang.