Sidak Di Kampung Krabatan, Dewan Dorong Pemkot Semarang Berikan Plafon Tinggi

Kota Semarang tengah gencar menciptakan kampung tematik yang bergerak diberbagai sektor. Namun kendala yang dihadapi para pengrajin ada di permodalan.


Salah satunya di Kampung Krabatan (Kerajinan Bambu dan Rotan) Pakintelan Kota Semarang. Meski marketing dari kerajinan bambu dan rotannya sudah mancanegara, namun pengrajin tidak berani spekulasi karena keterbatasan modal.

Ahmad Soleh, pengrajin yang sekaligus ketua paguyuban menyatakan kendala yang dihadapi saat ini di modal.

"Karena bahan baku rotan harus mengambil dari luar jawa, sehingga butuh modal untuk stok. Meski sudah mengikuti program pemerintah melalui kredit wibawa, namun belum bisa mencukupi modal apalagi kalau mendapatkan order dalam jumlah banyak," ujar Ahmad Soleh.

Karena keterbatasan modal lanjutnya, para pengrajin hanya memproduksi jika ada pesanan, sehingga produksi di Kerajinan dari bambu dan rotan belum bisa berkesinambungan dan pengrajin tidak berani berspekulasi memproduksi jika tidak ada pesanan.

"Kita mengarap kalau ada pesanan, kalau nggak ada ya kita nggak berani spekulasi memproduksi karena keterbatasan modal," tambahnya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Lurah Pakintelan Dody Priyanto. Menurutnya, pengrajin di kampung tematik Krabatan sebenarnya sudah menggunakan fasilitas pemerintah melalui kredit wibawa dalam hal permodalan.

"Namun memang saya akui kredit wibawa memberikan plafon  dibawah Rp10 juta. Sehingga para pengrajin belum bisa mengembangkan produksinya secara berkesinambungan," ujar Dody.

Lebih lanjut Dody menyatakan, para pengrajin juga tidak berani meminjam ke bank lain dalam jumlah besar karena cicilannya akan memberatkan, sementara  produksi maupun pesanan belum stabil.

"Tapi kami terus memberikan bimbingan atau pelatihan kepada para pengrajin khususnya pemasarannya. Pemkot Semarang juga memberikan support yang luar biasa sehingga para pengrajin bisa mendapatkan pasar ditingkat internasional," pungkas Dody.

Terkait permodalan, Ketua Komisi A Fajar Rinawan akan melakukan koordinasi dengan Pemkot Semarang dan dinas terkait.

"Kami akan memberikan masukan kepada pemerintah untuk menaikan plafon atau mungkin dengan agunan-agunan tertentu yang lebih gampang, supaya UMKM bisa berkembang dan terus bergulir," ujar politisi PDI Perjuangan ini.

Camat Gunungpati Ronny T Nugroho menyatakan, adanya kampung tematik disambut antusias warga karena mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Kampung tematik di Gunungpati sendiri saat ini yang menonjol,  kampung tematik Alam Melon dimana kita membentuk kelompok-kelompok pembatik, kemudian kampung tematik wisata di Kandri dan kampung tematik Krabatan, kerajinan bambu dan rotan di Pakintelan yang sudah bertaraf internasional," ujar Ronny.

Menurutnya, hasil kerajinan bambu dan rotan sudah diminati puluhan Negara, antara lain Jepang, Amerika, Australia dan lain-lain.