Sidak Pengerajin Tahu Tempe, Ketua DPRD Salatiga Dicurhati Harga Kedelai Rp 11.000 Per Kilogram

Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik dan pengrajin tahu tempe di kawasan RT 4 RW IV, Kalitaman, Salatiga, Rabu (16/2).


Secara tak terduga, Dance langsung mendapatkan keluhan serta curhatan dari para pengerajin kecil yang mengeluhkan harga kedelai tiap hari merangkak. Bahkan, per hari ini harga kedelai mendekati Rp 11.000 per kilogram.

Seperti yang tampak di Pabrik pembuatan tahu milik Sunarto. Sosok yang juga Sekretaris Kopti Salatiga itu digunakan oleh sekitar 10 pengrajin tahu kecil yang menyewa tempanya.

"Bagaimana 'nih' pak, harga kedelai terus naik. Merangkak tiap hari," kata Sunarto.

Sunarto mengungkapkan, harga kedelai dalam sebulan terakhir terus naik dari Rp 8.000 per kilogram kini telah mendekati Rp 11.000 per kilogram.

Di Kopti sendiri, ungkap dia, harga jual kedelai lebih murah Rp 200 yakni Rp 10.800 per kilogram. Namun pengerajin tahu tempe lebih memilih membeli dari tengkulak besar karena langsung diantar ke lokasi pengelola.

Seperti diakui salah satu pengrajian tahu Kentrik (44). Ia menyebutkan, harga dua Minggu lalu, kedelai masih Rp 10.600. per kilogram. Dan ia membeli dalam partai besar satu ton hingga Rp 10.600.000.

"Merek kedelai pagoda dari Amerika, kalau kedelai lokal banyak kosongnya. Padahal, kita tidak bisa menunggu harus nyetok, habis langsung tersedia," tutur Kentrik.

Dengan harga jual kini Rp 11.000 per kilogram Kentrik dan pengerajin tempe kecil lainnya tetap terpaksa tetap membeli meski harga terus merangkak naik.

"Terpaksa tetap beli, untuk tetap produksi. Kali stop produksi, kasihan pelanggan. Dan kita mensiasatinya dengan ukuran dikecilkan, harga naik," tandasnya.

Harga tahu 1 papan untuk saat ini, lanjut dia, Rp 40 ribu dengan isian yang semula 90 biji, sekarang 100-110 biji. Sedangkan harga jual bijian yang putih (tidak goreng) yakni Rp 400.

Persoalan belum tuntas. Pengerajin masih dihadapkan minyak goreng yang saat ini masih sulit ditemui di pasaran. Kalau pun ada, banyak kosongnya.

"Jadi harga tahu polos dengan goreng sama. Untuk harga putih, menjual dengan harga sudah termasuk minyak goreng," imbuhnya.

Kentrik mengakui, dengan kondisi harga kedelai mencekik ia hanya mampu meraup untung Rp 50 ribu sekali masakan. Sehingga dengan perputaran modal dan pengeluaran biaya yang harus ditanggung termasuk membayar gaji karyawan dan sewa tempat Kentrik tidak berani mengambil untung banyak jika tidak ingin ditinggal pelanggan.

"Keuntungan bersih Rp 50 ribu per satu masakan. Setidaknya, 6 kali masakan dalam sehari. Jadi, pengrajin mengaku mensiasati dengan mengurangi ukuran," ucap Dance.

Melihat kondisi ini, Dance akan segera berkomunikasi dengan Dinas Perdagangan Kota Salatiga.

Ia akan meminta Disdag Salatiga sama-sama mencari jalan keluar sehingga saat harga kedelai naik pengerajin tahu tempe mendapatkan bantuan dari Pemkot Salatiga.