SMPN 8 Kota Pekalongan Gencarkan ‘Propos’ Tangani Darurat Sampah

Diskominfo Kota Pekalongan
Diskominfo Kota Pekalongan

Menyikapi kondisi darurat sampah di Kota Pekalongan, SMP Negeri 8 Kota Pekalongan mengambil langkah proaktif melalui program lingkungan bertajuk Propos atau Program Pilah dan Olah Sampah.

Program ini bertujuan mengedukasi dan membiasakan seluruh warga sekolah dalam mengurangi, memilah, dan mengolah sampah sejak dini.

Kepala SMPN 8 Kota Pekalongan, Sumarita, saat ditemui usai pencanangan Gerakan Sekolah Kelola Sampah, Senin (5/5) menjelaskan bahwa program ini menyasar semua elemen sekolah, dari siswa hingga guru.

“Kami mengedukasi anak-anak dan seluruh warga sekolah untuk membiasakan diri mengurangi sampah, memilahnya, dan mengolah bersama-sama,” katanya.

Ia menuturkan bahwa sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis dikumpulkan di Rumah Botol yang ada di beberapa sudut lingkungan sekolah dan akan diambil oleh bank sampah setiap hari Rabu dan Sabtu.

Sementara itu, sampah organik diolah menggunakan blender khusus untuk dijadikan pupuk kompos. Residu sampah yang tidak bernilai ekonomis diolah dengan kompor residu, alat pembakar minim asap dengan kapasitas 1 meter kubik.

“Kompor residu ini mampu membakar satu meter kubik sampah hanya dalam waktu 15 menit, dan pembuatan alat tersebut sekitar 7 juta rupiah,” paparnya.

Lebih lanjut, ia menyebutkan blender pengolah sampah organik yang disediakan di SMPN 8 ada 2 kapasitas yaitu blender berukuran kecil yang membutuhkan biaya Rp600 ribu dan Rp1,7 juta untuk ukuran sedang.

Sebagai salah satu sekolah yang mengelola sampah dengan tahap yang kompleks, SMPN 8 diharapkan menjadi percontohan untuk sekolah lain oleh Dinas Pendidikan.

"Setelah dicanangkan gerakan sekolah kelola sampah, kami akan terus berkolaborasi bersama berkoordinasi sesuai arahan Dinas Pendidikan, akan saling menginsipirasi dan studi tiru antara satu sekolah dengan yang lain untuk mengatasi sampah di lingkungan pendidikan masing-masing," sambungnya.

Sementara itu, Dela Warta Ramadani, siswa kelas IX yang tergabung dalam tim Adiwiyata, turut merasakan dampak positif dari program ini.

“Kami diedukasi untuk memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa kami olah menjadi kerajinan atau barang bermanfaat. Setiap kelas juga punya agenda Adiwiyata untuk menyadarkan teman-teman tentang pentingnya mengelola sampah dengan baik,” ujarnya.

Dengan jumlah siswa sebanyak 693 orang, partisipasi aktif seluruh warga sekolah diharapkan mampu mengurangi volume sampah dan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.