- Semarang Night Carnival 2022 Kembali Dilaksanakan Secara Hybrid
- Libur Lebaran, Tempat Wisata Favorit Di Semarang Penuh Pelancong
- Disbudpar Kota Semarang Lakukan Kajian Jembatan Kaca Tinjomoyo
Baca Juga
Melintas ke Kabupaten Rembang tak lengkap mencicipi makanan khas kota garam atau lontong tuyuhan.
Tak harus membelokan stir atau stang anda ke rumah makan mewah. Cukup di warung di sepanjang jalan Tuyuhan-Pamotan.
Ya, kuliner itu yakni "lontong tuyuhan". Hampir sama dengan lontong pada umumnya berkuah opor ayam serta lauk pauknya pun daging ayam.
Selain rasanya lezat dapat mengenyangkan perut dan tidak membuat kantong jebol saat dihidangkan. Bentuk Lontong Tuyuhan
memiliki perbedaan mencolok dengan lontong pada umumnya sebelum diiris dan disajikan ke pelanggan.
Namun lontong tuyuhan ini berbentuk segi tiga memanjang. Di balik bentuknya segi tiga tersebut, ternyata memiliki makna dan filosofi tersendiri bagi warga Rembang ini.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia- Rembang, Edi Winarno mengatakan, bentuk segi tiga pada Lontong Tuyuhan itu menggambarkan unsur tertentu saling berhubungan.
"Pertama yakni mempunyai makna Ketuhanan. Sebab manusia sebagai hamba-Nya harus taat perintah dan menjauhi larangan atau amar makruf nahi munkar. Jika itu dijalankan, maka kehidupan manusia, khususnya di Rembang bisa berjalan dengan baik, dengan berpedoman pada agama," katanya.
Sementara itu, saat disinggung mengenai hubungan dengan filosofi itu, ia pun mencontohkan tak heran di Rembang banyak dijumpai ratusan pondok pesantren maupun sekolah agama. Tak bisa dipungkiri di kota Rembang sangat kental sekali ajaran agamanya.
“Yang kedua yakni, manusia harus taat akan Rasul hingga ulama. Karena dengan patuh kepada Rasul dan Ulama maka kehidupan manusia akan sesusai dengan perintah agama. Dan itu nantinya akan bermuara pada makna yang pertama. Yakni taat kepada Tuhan,” paparnya.
Kemudian ketiga yakni warga Rembang harus taat kepada pemerintah. Taat kepada pemimpin atau pemerintah maka kehidupan akan bisa tertata.
“Selain itu, Lontong Tuyuhan yang dibungkus daun pisang ini, juga ada tiga lidi yang ditusukkan, yang berfungsi sebagai perekat, sehingga berasnya tidak berceceran saat direbus hingga matang. Tiga lidi ini juga memiliki makna tegak lurus, yaitu, ajaran agama harus benar-benar diamalkan, atau tegak lurus jangan tergoyahkan,” bebernya.
- Konsep Wisata Aman Dan Sehat Selama Berlibur
- Event #SOLOBERLARI3, iLuFA Donasi Untuk Satwa TSTJ
- Sendang Wuluh Jragung, Mata Air Ajaib Penyembuh Penyakit Dan Ilmu Hitam Di Tengah Lembah Demak