Tanggul Sungai Wulan Retak, BBWS Pemali Juwana Langsung Bergerak

Kondisi Tanggul Yang Retak Diurug Dengan Tanah Agar Tidak Merembes Dan Melimpas Ke Pemukiman Warga Kudus (06/02). Foto: Arief Purnomo/RMOLJateng
Kondisi Tanggul Yang Retak Diurug Dengan Tanah Agar Tidak Merembes Dan Melimpas Ke Pemukiman Warga Kudus (06/02). Foto: Arief Purnomo/RMOLJateng

KUDUS- Debit air di sejumlah sungai di Kabupaten Kudus kini terjadi peningkatan akibat intensitas hujan yang tinggi.  Seperti yang terjadi di Sungai Wulan, ketinggian air mencapai 80 centimeter dari bibir tanggul. Akibat tak kuat menahan debit air, sejumlah titik tanggul yang berada di dekat jembatan Tanggulangin Kudus mengalami keretakan dan air sungai merembes.  

Peningkatan debit air di sungai yang berada di perbatasan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak ini berasal dari kiriman air dari Bendungan Klambu, Grobogan, yang terjadi sejak Senin malam (05/02).

Untuk mengantisipasi air tidak melimpas ke pemukiman warga desa yang berada di utara sungai, pihak Polsek Jati Kudus meminta bantuan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, untuk mengantisipasinya.

“Kita siaga dari semalam, kemudian Selasa tadi pagi kita cek lagi disini ada rembesan air karena mungkin ada tanggul yang retak,” ujar AKP Cipto saat mengecek langsung di lokasi, Selasa sore (06/02).

Menurut Cipto, rembesan air yang mengakibatkan tanggul retak di sekitar jembatan Tanggulangin langsung ditangani pihak BBWS. Upaya yang dilakukan yakni dengan menguruk tanah agar rembesan air dari Sungai Wulan agar tidak semakin melebar.

Melihat kondisi tanggul Sungai Wulan yang retak dan airnya merembes, aparat Polsek Jati intensif melakukan pengawasan agar tanggul tidak jebol. Tak hanya itu, Kapolsek Jati juga aktif berkoordinasi bersama Bhayangkara Pembina Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkantibmas) untuk melakukan patrol rutin.

“Kami juga meminta kerjasama dengan masyarakat, agar ikut memantau kondisi tanggul Sungai Wulan. Jika debit air sungai tinggi, agar masyarakat selalu waspada,” pintanya.

Dari pantuan RMOL Jateng di lain tempat, air yang melintas di Bendungan Pengendali Banjir (PB) Wilalung di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus juga meluap pada Selasa (06/02). Debit air di Bendungan Wilalung saat dini hari mencapai lebih dari 800 m⊃3;/s.

Kondisi tersebut memaksa petugas PB Wilalung membuka salah satu pintu pengendali banjir. Pembukaan pintu air sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan dicapai melalui kesepakatan beberapa wilayah yang dilalui aliran Bendungan Wilalung.

“Kenaikan debit air di Bendungan Wilalung terjadi sejak Senin (05/02) pagi. Puncaknya terjadi pada Selasa (06/02) saat mencapai 852 m⊃3;/s dan masih berpotensi naik,” ujar Karno selaku operator Bendung Wilalung kepada wartawan.

Menurut Karno, pembukaan pintu pengendali banjir di Bendungan Wilalung sesuai SOP, yakni jika kondisi debit air mencapai lebih dari 800 m⊃3;/s.

"Semua itu (pembukaan pintu pengendali banjir-red) ada SOP-nya, dan tidak bisa dilakukan sembarangan dan bertahap," tukasnya.

Karno mengaku terus memantau situasi dan kondisi yang terjadi di Bendung Wilalung.  Jika debit air semakin meningkat, pembukaan di pintu pengendali banjir bisa saja ditambah.

“Jika hal ini tidak dilakukan, bisa mengancam masyarakat sekitar, utamanya pada tanggul sebelah barat Bendungan Wilalung yang dikhawatirkan bisa jebol membanjiri masyarakat di wilayah Demak,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kudus H Masan memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mengambil langkah darurat untuk menangani tanggul kritis sungai Wulan di Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan. Sebab tanggul mengalami sliding dan membahayakan hampir seluruh desa di wilayah Kecamatan Undaan, menyusul debit air di sungai Wulan cukup tinggi.

“Saya minta Dinas PUPR mengambil langkah darurat untuk menutup tanggul ini dengan terpal agar tidak semakin tergerus oleh air hujan atau air sungai Wulan,”kata Masan saat meninjau kondisi tanggul, Selasa (06/02).

Masan juga menyebutkan, kondisi tanggul yang berada persis di pintu air Desa Undaan Lor tersebut memang butuh penanganan cepat. Bangunan pintu air tersebut juga berusia cukup tua karena dibangun pada tahun 1957.