Tinjau Implementasi Kurikulum Mereka, FKIP UKSW Hadirkan Anggota Komisi X DPR

Anggota Komisi X DPR RI Dr. Drs. Adrianus Asia Sidot, M.Si., menyebut bahwa suksesnya implementasi kurikulum merdeka tidak lepas dari peran guru yang menjadi salah satu pemantik proses pembelajaran.


"Oleh sebab itu penting bagi para guru untuk mengenali potensi anak didiknya," kata Drs. Adrianus didampingi Humas UKSW Anggraini Upik di tengah Seminar Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah: Tantangan dan Strategi Pelaksanaan, terpusat di Auditorium FTI UKSW, Rabu (9/11).

Sebelumnya, seminar ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-66 FKIP UKSW.

Ia memaparkan, ketahanan mental para guru menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan pendidikan di daerah terpencil.

Menurutnya tantangan berupa kondisi alam, sosial dan budaya sangat besar.

Dan Indonesia sendiri menurutnya belum memiliki peta pendidikan yang jelas.

"Oleh sebab itu pihaknya melalui komisi X meminta kementerian pendidikan untuk merumuskan peta pendidikan Indonesia dengan melibatkan seluruh stakeholders," terang Adrianus.

Sejumlah strategi pelaksanaan kurikulum merdeka telah dirancang namun mengenai implementasinya di daerah 3T perlu untuk ditinjau ulang.

Hal ini tidak lepas dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan perangkat ajar dalam bentuk digital yang dapat menjadi salah satu strategi yang diterapkan. Sementara itu fasilitas di daerah disebutkannya, belum sepenuhnya merata.

Oleh sebab itu, Dr. Adrianus berharap strategi yang dapat diterapkan saat ini adalah dengan membentuk komunitas belajar oleh lulusan guru penggerak maupun diinisiasi oleh pihak sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik implementasi kurikulum merdeka.

Sementara, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Dr. Herry Sanoto, S.Si, M.Pd., menambahkan nerdasarkan skor pada Programme for International Student Assessment atau PISA 2018, Indonesia berada di posisi 71 atau peringkat 6 dari bawah.

"Hal ini menunjukkan belum maksimalnya kualitas pendidikan di Indonesia," pungkas Herry Sanoto.

Ditambah krisis pembelajaran selama masa pandemi Covid-19, menyebabkan kualitas pendidikan makin mengalami penurunan  signifikan.

Menyongsong Indonesia Emas 2045 maka diperlukan sebuah transformasi di bidang pendidikan.

'Transformasi yang salah satunya dilakukan melalui implementasi kurikulum merdeka diharapkan dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Indonesia emas 2045," ujar Dr. Herry Sanoto.

Kurikulum Merdeka, ungkap dia, bisa menjadi terobosan. Terlebih di wilayah 3T yakni terdepan, terluar, dan tertinggal.

Di lain pihak, staf ahli DPD RI Drs. Untung Sidupa menyebutkan beragam tantangan implementasi Kurikulum Merdeka di wilayah 3T secara khusus di wilayah Kalimantan Barat.

Disampaikannya, perlu dipikirkan proses implementasi kurikulum tersebut di daerah yang memiliki permasalahan serius terutama disebabkan prasarana transportasi dan penerangan.

"Sejak tahun 2012, bersama dengan sebuah LSM yang konsen di bidang pendidikan kami telah menggagas program Sekolah Harmoni Hijau yang menekankan kemampuan pembelajaran anak di dalam dan di luar kelas, anak diajak menyatu dengan alam sehingga materi pembelajaran dapat dialami secara langsung oleh anak didik. Ini selaras dengan kurikulum merdeka," jelasnya.