Tokoh Jurnalis Jateng : Tugasnya Media ya, 'Merongrong-rong' Demokrasi

FGD tentang 'Jawa Tengah Menatap Era Baru', Senin (16/12):salah satunya membahas persoalan di dunia jurnalistik dan media massa dalam menjalankan fungsi pilar ke empat demokrasi. Dicky Aditya/RMOLJateng
FGD tentang 'Jawa Tengah Menatap Era Baru', Senin (16/12):salah satunya membahas persoalan di dunia jurnalistik dan media massa dalam menjalankan fungsi pilar ke empat demokrasi. Dicky Aditya/RMOLJateng

Menyoroti perkembangan dunia media massa dan jurnalistik saat ini seperti tak ada habisnya. Zaman makin maju dan teknologi digital menutut media massa sebagai penyedia informasi terus berkembang di tengah era baru, termasuk di Jawa Tengah.


Di dalam FGD bertemakan 'Jawa Tengah Menatap Era Baru', Senin (16/12), Tokoh Jurnalis Senior Jawa Tengah Soetjipto S.H ikut memberikan pemikirannya. 

Soetjipto menilai, media dalam menjalankan fungsi check and balance sebagai pilar ke empat demokrasi, harus selalu menyoroti secara kritis utamanya berbagai kebijakan pemerintah. 

"Sepakat dengan teori trias politika ditambah check and balance, media harus memperhatikan pemerintahan. Fungsinya untuk check and balance. Jadi, harus seimbang baru kemudian demokrasi bisa berjalan dengan baik. Maka disitulah ada media sebagai pilar ke empat demokrasi," tegas Soetjipto. 

Menurut Soetjipto menjelaskan, hak atau legitimasi yang dimiliki jurnalis dan media itu artinya untuk mengkritisi atau memberikan kritik. 

"Legitimasi bagi jurnalis dan media, itu bisa dianggap sebagai hak untuk mengkritisi pemerintah. Itu dasarnya apa? Atas kesepakatan dalam demokrasi. Kita sepakat di dalam negara demokrasi kebabasan berkumpul, berserikat, dan berpendapat itu diatur di dalam UUD 1945. Sehingga tugasnya media ya 'merongrong-rong' itu supaya jangan terlalu luas dan jangan terlalu kuat," terang Soetjipto lebih lengkap. 

Tokoh kawakan dan lama malang melintang di media massa Jawa Tengah khususnya Kota Semarang itu beranggapan, media massa kini juga harus mengedepankan aspek intelektual. Tentang ini, media dengan tuntutan itu harus selalu memberikan perhatian penting setiap produknya mengutamakan unsur intelektualitas. 

Dengan begitu, sambil memberikan apresiasi seperti dilakukan RMOLJateng, yaitu dengan melibatkan para akademisi sebagai bagian intelektual di dalam media, dinilai bagus sekali. 

"Di Indonesia, tradisi jurnalistik yang dianut lebih condong ke Eropa. Tetapi, juga mengutamakan intelektualitas. Sehingga, penting melibatkan para intelektual, karena tradisi kita tidak seperti jurnalistik yang investigatif. Saya rasa seperti RMOLJateng ini bagus sekali. Nah, tradisi itu perlu melibatkan media dan intelektual kampus," menurut Soetjipto. 

Melihat jurnalisme modern sekarang terus berkembang, Soetjipto pun tak mempersoalkan jika media berpihak. Tetapi maksudnya, berpihak boleh tetapi tidak menghilangkan sisi independen. 

"Berpihak itu boleh tetapi berpihak secara independen. Jadi, media massa itu sebenarnya selalu netral tanpa mengesampingkan kepentingan dalam informasi dalam menyampaikan fungsinya," ucap Soetjipto.