Teror ulat jati hantui warga di sejumlah daerah di wilayah Sragen. Mereka resah dengan munculnya ulat jati dalam jumlah banyak. Ulat yang berwarna hitam dan panjang tersebut berasal dari pohon jati yang banyak tumbuh di perkampungan warga.
- Wali Kota Semarang Minta Veteran Lebih Dihargai
- PMI Purbalingga Bantu Makanan Untuk Warga Isoman
- Datangi Tegal, Ketum PMI Jusuf Kalla Rayakan Hari Relawan
Baca Juga
Semula ulat tersebut hanya berada di seputar kebun atau jalanan. Namun belakangan ini keberadaannya sudah mulai memasuki teras dan rumah warga di wilayah Tanon, Gemolong, Tangen, Gesi, Masaran dan Sragen utara.
Sri, salah satu warga Tanon sampaikan kejadian itu sudah seminggu lamanya. Daun di pohon jati sudah habis di makan ulat. Akibatnya ulat-ulat itu berjatuhan dan terbawa angin, merambah ke jalan dan permukiman warga.
"Daunnya meranggas (habis) dimakan ular. Akibatnya ularnya berjatuhan masuk rumah. Kejadiannya sejak seminggu lalu, " jelasnya Rabu (12/12).
Bukan hanya di Tanon, Sragen. Warga desa Sepat, Masaran Sragen juga mengalami hal serupa, karena desa tersebut juga dipenuhi pohon jati. Kondisi kering membuat ulat kesulitan mencari makanan. Hingga akhirnya masuk rumah bahkan kantor kepala desa juga tak luput dari sasaran ulat jati.
Pemandangan serupa juga di temui di Dukuh Pilangbango, Sepat. Bahkan kantor Balai Desa Sepat yang di depannya ada pekarangan dengan banyak pohon jati meranggas, juga tak luput dari serangan ulat.
"Ulatnya bahkan sudah masuk ke kantor balai desa," jelas Lila, salah satu perangkat desa Sepat.
Meski sebenarnya jenis ulat jati tidak membuat kulit gatal, namun karena jumlahnya banyak menimbulkan ketakuatan dan kengerian bagi warga yang alergi atau takut terhadap ulat.
"Geli dan takut lihatnya bergelantungan dan merayap dilantai atau menempel di tembok. Kemarin saya mau ke Jambangan sampai balik karena jalannya banyak gelantungan ulat-ulat," lanjutnya.
Ishariyanto, Kasie Pemerintahan Desa Sepat menambahkan serangan ulat jati kali ini terbilang cukup parah. Sebab ulat sampai jatuh dan masuk ke permukiman termasuk ke balai desa.
Meski tidak menggigit atau bikin gatal. Tapi kadang yang jijik atau takut ya cukup terganggu. Lagi enak-enak duduk tiba-tiba digerumuti ulat. Sudah sekitar tiga empat hari ini membeludak, mulai turun ke bawah.
"Di teras, parkir, lantai bahkan di kaca pintu depan balai desa ini juga banyak dipenuhi ulat-ulat jati," paparnya.
Ishariyanto sebut sepertinya serangan ulat jati hampir serentak dan merata di wilayah Sragen. Mungkin saja hal itu terjadi karena ketidakseimbangan alam. Burung predator banyak diburu warga, akibatnya ulat-ulat itu tak ada pemangsanya.
- Kemarahan Menteri Amran Saat Tahu Petani Pemalang Sulit Dapat Pupuk Subsidi
- Indosat Hadirkan Ramadan Bermakna, Berdayaan Marbot Dan Peningkatan Jaringan
- Bupati Magelang Ingatkan Masyarakat Segera Vaksin Jelang Libur Nataru