Wilayah Kabupaten Sukoharjo dihantui mewabahnya penyakit Chikungunya.
- Vaksin Tak Kenal Agama, Ketua Yayasan Sam Poo Kong: Dari Rencana 4 Hari Lanjut Sampai 52 Hari
- Pj Bupati Batang Jenguk Dua Warganya yang Sakit Kanker di RS Kariadi Semarang
- Vaksinasi di Kota Salatiga Lampaui Target Pemerintah Pusat
Baca Juga
Wilayah Kabupaten Sukoharjo dihantui mewabahnya penyakit Chikungunya.
Sampai Minggu kedua bulan Mei ini, tercatat ada 466 kasus, terbanyak di Kecamatan Gatak dengan 225 kasus.
"Kami berharap masyarakat terus waspada wabah Chikungunya. Sampai saat ini tercatat ada 446 kasus, dengan jumlah terbanyak di kecamatan Gatak dan Mojolaban," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (DKK) Dr Yunia Wahdiyati, Selasa (11/5/2021).
Dari data DKK Sukoharjo, Kecamatan Gatak dan Mojolaban menjadi dua kecamatan dengan kasus terbanyak. Tercatat, ditemukan 225 kasus Chikungunya di Kecamatan Gatak, yang tersebar di Desa Jati, Trosemi, dan Trangsan.
Selain itu, ditemukan 116 kasus chikungunya di Kecamatan Mojolaban yang tersebar di Desa Dukuh, Bekonang, dan Plumbon.
Sementara sisanya ditemukan di Kecamatan Grogol dengan dengan 37 kasus, Polokarto sebanyak 40 kasus, Kartasura 17 kasus, dan di Baki dengan 11 kasus.
"Penyakit ini disebabkan karena nyamuk (aedes aegypti). Artinya perilaku hidup bersih sehat (PHBS) harus lebih diperhatikan," imbuh Yunia.
Sebagai antisipasi, Yunia meminta masyarakat untuk menggiatkan kebersihan lingkungan, seperti menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur atau mendaur ulang barang bekas.
Yunia menjelaskan, wabah Chikungunya ini memang tidak membahayakan seperti DBD, karena tidak menyebabkan kematian.
Orang yang mengalami chikungunya akan merasakan demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, ruam, mulas, dan sebagainya, dalam waktu beberapa hari saja, setelah itu sembuh kembali.
"Meski tidak menyebabkan kematian seperti DBD, tapi efek terserang Chikungunya ini bisa mengganggu produktivitas masyarakat," pungkasnya.
- Wali Kota Semarang Lakukan Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Stunting
- Banyak Berita Hoax, Difabel Tuna Rungu Tidak Mau Divaksin
- Meski Sudah Beralih ke Endemi, Vaksinasi Tetap Penting Dilakukan