Wali Kota Semarang Dorong Kaum Milenial Jadi Petani

Wali Kota Semarang bersama para anak muda yang dikenalkan soal pentingnya pertanian. Umar Dani/RMOLJateng
Wali Kota Semarang bersama para anak muda yang dikenalkan soal pentingnya pertanian. Umar Dani/RMOLJateng

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong kepada generasi muda alias kaum milenial untuk menjadi petani.


Hal ini disampaikan Mbak Ita, sapaan akrabnya, usai melakukan panen padi organik milik Pemkot di Area Balai Benih Pertanian, Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, pada Jumat pagi, (31/5).

Menurut Mbak Ita, petani merupakan salah satu profesi yang sangat penting bagi kehidupan bangsa. Petani, tak hanya soal bercocok tanam, tapi juga punya andil besar dalam menjaga ketahanan pangan.

Karena itu, harus ada regenerasi dalam profesi ini, mengingat banyak petani yang sudah sepuh.

"Kami ingin mengajak generasi muda untuk ikut serta dalam regenerasi pertanian, karena ketahanan pangan sangat penting bagi kehidupan bangsa" kata Mbak Ita usai acara panen padi organik 

Dia menjelaskan, upaya pengenalan pertanian perlu dilakukan karena banyak generasi milenial yang enggan.

"Anak-anak tadi belum pernah memanen padi, jadi kami harus mengajari mereka cara memanen. Mereka senang karena selama ini kurang mendapatkan edukasi seperti itu," kata  Mbak Ita.

Oleh karena itu, ungkap Mbak Ita, pihaknya mendorong Dinas Pendidikan untuk lebih fokus pada Merdeka Belajar yang terkait dengan pertanian perkotaan, 

"Karena kita berada di perkotaan dan harus menyesuaikan dengan kondisi alam yang ada di Semarang," tutup Mbak Ita.

Mbak Ita menerangkan, pemerintah kota Semarang bersama dengan BRIN , petani milenial , PMII , putri sakti, detektif pangan dari siswa SD, ajarkan untuk mengenal pertanian.

"Saat ini, kelompok tani sumber rejeki menanam padi di lahan milik Pemkot di balai benih pertanian dengan Lahan yang dipakai menanam 8 ribu hektar, dengan jenis padi organik Inpari 32, yaitu jenis padi yang lahannya kering" katanya.

Lebih lanjut, Mbak Ita mengungkapkan rencana ke depannya untuk lebih menarik wisatawan dengan menjadi destinasi wisata pertanian dengan lahan yang dilengkapi dengan museum pertanian dan kafe, sehingga dapat menjadi destinasi agrowisata.

"Kami juga ingin memberikan edukasi tentang pertanian. Saya meminta agar area yang belum tersentuh, seperti di sebelah kiri ini, dijadikan lahan parkir agar pengunjung tidak kesulitan mencari tempat parkir" katanya.

Selain itu, kata Mbak Ita, pihaknya  juga berencana membuka kafe di depan dengan  memanfaatkan ternak yang ada di sini untuk memproduksi dan menjual susu.

Serta memberikan pengalaman kepada anak-anak tentang cara memeras susu dan memberi makan ternak. Semuanya ini dapat menjadi bagian dari wisata pertanian.