Pemerintah Kota Semarang memastikan stok minyak goreng subsidi di Kota Semarang aman. Pasalnya, selain Bulog, Pemkot Semarang di support oleh PT Rajawali Nusindo.
- Komitmen Naikkan Kelas UMKM, Kadin Kota Semarang Gelar Pelatihan Eksport Lanjutan
- Tak Lagi Beli Pertalite, Banyak Masyarakat Akui Gunakan Pertamax Sekedar Tidak Ingin Antre
- Resmikan Rehabilitasi Pasar Jongke di Kota Surakarta, Ini Pesan Presiden Jokowi
Baca Juga
Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, yang ikut melalukan operasi pasar bersama PT Rajawali Nusindo dan Dinas Perdagangan Kota Semarang mengatakan dengan adanya operasi pasar ini diharapkan masyarakat tidak perlu panik dan resah karena stok minyak goreng di pasar tradisional dinilai aman.
“Alhamdulilah kita tidak sampai muncul kerumunan warga untuk beli minyak goreng karena stoknya aman karena ada Rajawali Nusindo di setiap pasar, ada Bulog di setiap kecamatan dan itu dilakukan kontinyu,” kata Hendi, sapaan akrab Walikota Semarang, saat melakukan operasi pasar di Pasar Bulu Semarang, Rabu (16/3).
Hendi mengatakan jika program minyak goreng murah ini akan terus dilanjutkan hingga tidak ada lagi kelangkaan minyak goreng di Kota Semarang. ”Hari ini ada 5400 liter yang di pasar Bulu, kemarin sudah ada tiga titik pasar rata-rata 5400 liter dan akan terus dilanjutkan secara rutin setiap hari sampai minyak goreng tidak jadi kendala di masyarakat,” ungkap Hendi.
Kepala Cabang PT. Rajawali Nusindo Cabang Semarang, Dwi Hatmoko menambahkan pihaknya memang bertugas mendistribusikan minyak goreng dengan harga subsidi khususnya bagi pedagang di pasar tradisional di Jawa Tengah. Namun saat ini baru Kota Semarang yang mendapatkan pasokan minyak goreng tersebut.
Dwi mengatakan jika setiap pasar tradisional dipasok rata-rata 300-450 karton atau kurang lebih 5.400 liter minyak goreng. Ia mengatakan harga yang diberikan kepada pedagang pasar Rp 13.500 per liternya, sementara harga jual ditingkat pedagang maksimal Rp 14.000 per liternya.
“Kita akan memasok minyak goreng ke pasar-Psar tradisional setiap hari dan berpindah-pindah tujuannya agar minyak goreng tersedia di pasar dan masyarakat bisa membeli minyak goreng dengan harga terjangkau,” kata Dwi.
Disinggung terkait dengan pengawasannya, Dwi menyerahkan pengawasan terhadap pedagang kepada Dinas Pedagangan Kota Semarang, Polrestabes Semarang dan Polsek setempat. Pengawasan dilakukan untuk memantau harga jual minyak goreng subsidi ditingkat pedagang dan juga memantau jika terjadi penimbunan minyak goreng di pasar tradisional.
“Sidak dilakukan setelah ada distribusi nanti dari kami juga akan ikut sidak kepada pedagang yang nakal misalnya menimbun dan nanti kedepan tidak akan kita beri pasokan minyak goreng jika ketahuan ada yang menimbun,” tuturnya.
Terkait dengan pasokan bagi masing-masing pedagang, Dwi mengatakan jika masing-masing pedagang biasanya membeli 5-10 karton. Hal ini juga disesuaikan kemampuan masing-masing pedagang. Rata-rata dalam satu pasar kebutuhan minyak goreng diatas 10.000 liter per minggunya.
“Masing-masing pedagang bisa ambil 5-10 karton tergantung kemampuan mereka dan yang mengatur kepala pasar, kan ada yang khusus menjual minyak goreng maka belinya banyak tapi kalau sampingan mereka biasanya beli 1-5 karton saja,” pungkasnya.
- Gelar Seminar Nasional ‘Indonesia Youth Movement’, WIMNUS Gelorakan Semangat Wirausaha
- ACE Siapkan Strategi Gaet Kembali Konsumen
- Pemprov Jateng Gandeng Gojek Untuk Dukung UMKM Melalui Goshop